Stories,  Ulasan

Ketika Bandung dan Ciater Memanggil

Liburan sudah benar-benar tiba. Perkuliahan semester genap kemarin memang sulit diajak kompromi, terlebih harus terus bergelut dengan berbagai organisasi dan kepanitian. Penginnya sih semuanya bisa berjalan berbarengan, tapi apa daya, gue gak sanggup menampik rasa lelah karena terus-terusan dikejar deadline. Kalaupun ada waktu senggang, kalau gak tidur, ya dipakai buat jalan-jalan kece. Alhasil, bisa dilihat sendiri postingan terakhir blog ini adalah saat liburan semester ganjil, Januari lalu.

Bicara soal liburan sebenernya seru nih, karena notabene di ITS sendiri liburan semester genap itu tiga bulan lamanya. Kebayang lah seberapa lama para mahasiswa ini nganggur di rumahan. Tapi berhubung gue anak rantau, gue harus pulang lebih dulu karena bulan depan bakal ada project yang harus diurusin di Surabaya. Sedih sih, jatah libur gue jadi kepotong Cuma sebulan gini, cuman ya dijalanin aja hahah.

Nah, bicara liburan lagi, gue termasuk orang yang suka jalan-jalan. Apalagi selama jadi reporter, secara gak langsung gue jadi bisa jalan-jalan gratis dari kegiatan-kegiatan yang diadain saa ITS. Alhamdulllah, rejeki mahasiswa sholeh ahaha. Dari yang jalan-jalan ngebolang sampe jalan-jalan yang terstruktur hasil dirembuk rame-rame. Seringnya sih ngebolang, dari cuman keliling Surabaya sampe pelosok-pelosoknya, sampai ke luar kota sendirian gue jabanin kalau emang lagi pengin.

Ada satu destinasi yang dari dulu mau gue kujungin, cuman belum kesampaian juga sampai sekarang. Sempet ada janji bakal diadain reuni temen-temen marvelous (ex kampung inggris pare) disana, tapi akhirnya harus batal dan jadi sekada wacana karena suatu hal. Adalah Bandung, yang entah mengapa kok kayanya kota ini menarik banget. Kota yang jadi ‘saingan’ nya Surabaya nih, selain sama-sama dipimpin oleh lulusan Jurusan Arsitektur, dua kota ini sama-sama mendukung penuh penerapan konsep smart city (kota pintar).

sari ater hot spring resort- gravity-adventure

Lebih dalam lagi dari Bandung, rupanya ada lho desa namanya Ciater. Terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat, desa ini hanya berjarak 32KM dari Kota Bandung. Perjalanan dari Bandung pun hanya memakan waktu kurang dari satu jam. Gue sendiri cukup familiar mendengar tentang Ciater ini di pemberitaan karena memiliki objek wisata pemandiaan air panasnya yang begitu terkenal di Jawa Barat.

Ada hal yang cukup menarik bagi gue, karena Ciater ini lokasinya benar-benar strategis. Gunung Tangkuban Perahu yang melegenda itupun dihitung-hitung hanya berjarak 8KM dari desa ekowisata ini. Makanya dari dulu juga, gue udah punya itinerary sendiri jika suatu saat akan bertolak ke Bandung maupun tempat-tempat lain di Jawa Barat, tapi apa daya belum kesampaian. :’)

wisata-ciater-Bandung-initempatwisata

Atmosfer alam yang benar-benar asri juga tergambar di Ciater. Siklus kehidupan yang pastinya berbeda dengan yang ada di kota besar. Hiruk pikuk sirkulasi kehidupan kota yang melelahkan gue yakin bisa terbayarkan di Ciater. Terbukti minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara tinggi untuk berkunjung ke objek wisata di Ciater.

Nah tingginya angka kunjungan ini rupanya juga memberikan dampak yang signifikan bagi penduduk sekitar. Sebab mau gak mau, penduduk sebagai elemen asli Ciater harus pula mendapatkan manfaatnya. Baik dari pengelolaan objek wisata itu sendiri maupun dengan penyediaan sentra kuliner dan akomodasi berupa transortasi, villa, serta hotel-hotel yang ada di Ciater.

sari ater hotel ciater

Gue rasa kawasan ini bisa jadi magnet ekonomi buat warga sekitar asal bisa dikelola dengan baik dan bisa mengikuti zaman aja sih. Karena bagaimanapun juga, teknologi terus berkembang dan apa-apa yang ada dituntut bisa mempermudah pekerjaan manusia. Contoh gampangnya, tiket pesawat & kereta bisa dengan mudahnya dipesan lewat aplikasi di smartphone. Bahkan di Traveloka, app yang sering gue andelin buat bepergian, punya daftar hotel yang direkomendasikan jika suatu saat dibutuhkan.

villa chava kayu nyaman di ciater

Dari pendekatan arsitektural sendiri (ceileh gaya bener, wkwk) gue yakin Ciater bisa menjadi objek pariwisata yang hebat. Istilahnya ciater itu diibaratnya cewek dimana semua cewek itu terlahir cantik. Nah, dikasih aja tuh bedak, lipstick, baju bagus, hair-do dan kawan-kawannya, dijamin ia akan terlihat jauh lebih menarik. Seperti itu juga dengan Ciater, dengan apa yang sudah ada sekarang, hanya tinggal polesan sedikit agar dunia bisa lebih mengenalmu, mencintaimu, menyayangimu, hahasek.

So, ada yang tertarik dan mau nemenin kesana? :’)

4 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: