-
Terdikte Bahwa Hidup Harus Produktif
Gue sebenernya bingung mau dibawa ke mana hubungan blog ini. Postingan terakhir malah ga jelas, galau-galau gak karuan. Bahan buat bisnis engga, diary berfaedah juga engga, travel blog apalagi, boro-boro nulis cerita perjalanan, nulis curahan hati aja gak becus. Huhu sedih men. :’) Maksud hati dengan pindahnya gue ke Porto, gue bisa semakin produktif dalam segala hal, tapi faktanya salah besaar. Yah, namanya manusia hanya bisa berencana, Tuhan menentukan. *Plak* Haha. Pinter banget ngelesnya wi Semakin kesini, ketidakproduktif-an gue itu ternyata beneran menjadi-jadi. Sosok gue yang satu, sebut saja si baik, selalu mewanti-wanti buat gausah nulis dulu karena tugas belum kesentuh sama sekali. Tapi sosok satunya lagi, ehm si jahat,…
-
Apa Kabar Nalar dan Naluri
Semakin hari rasanya Porto semakin dingin saja. Tak perlu lagi menunggu pukul delapan malam untuk matahari kembali ke peraduannya. Karena matahari yang selalu dirindukanini harus pulang lebih cepat dari biasanya. Setidaknya lebih cepat ketimbang saat pertama kali jejak kaki menghias jalan setapak kota porto. Pekat malam kota kecil ini pun rasanya tak begitu istimewa, setidaknya bagi seorang insan yang hanya mampu berlindung di balik sebuah selimut tebal. Bersandar di tembok putih dengan menatap sebuah gorden hitam putih berpola. Tatapannya pun kosong, tak ada kemeriahan, aroma kebahagiaan ataupun alunan musik. Cukup sepi, hanya ada suara deru mobil berlalu-lalang. Saya tak benar-benar sendiri. Walau tak beraga, setidaknya ada dua insan yang berbeda…
-
Katanya Lebih Enak Kuliah di Luar Negeri
Ketika masih di bangku sekolah menengah, gue ngerasa sekolah adalah sebuah hobi. Tidak ada paksaan untuk belajar, melainkan sebuah kesenangan pribadi. Persis seperti yang dibilang Maudi Ayunda, sosok cantik dan menginspirasi semua orang. Terlebih dengan belajar, gue bisa jadi yang terbaik di kelas. Klimaksnya bukan tentang predikat, tapi materil berupa beasiswa yang lebih gue incar. Sebab dengan sekolah, gue bisa punya kegiatan, teman, tujuan hidup, dan uang jajan. Lambat laun, gue ngerasa sekolah bukan lagi yang gue idamkan. Selepas tahun pertama perkuliahan, entah setan apa yang merasuki batin gue, gue ngerasa kalau cara gue belajar udah gak sesuai jalurnya. Seorang calon sarjana yang notabene merupakan sosok dengan capaian kompetensi akademik…