Sastra

Abah-Abah Perahu

Ia seperti tanpa nyawa

Berjalan kokoh walau sudah tampak mengeriput dan tua

Adakah yang memopohnya? Tak ada

Tetap saja begitu, dengan pejuangan dan hati

Tak perlu banyak, yang penting pasti

Bagaimana bisa begitu?

Entah, namun yang pasti terus menerus begitu

Rasa tanpa ada yang membentengi

Melewati arus dan arus yang kadang tak bersahabat

Juga laut yang seringkali kejam

Ia kuat, Dengan lentera kecil di sisinya

Sudah cukup sebagai pengganti terangnya mercusuar

 

Sebuah rejeki

Tak cukup hanya disandarkan, perlu dikejar

Hanya untuk sesuap nasi untuknya dan anak istrinya

Kulit yang menghitam kilat

Bahkan tubuh yang sudah tak berdaging lagi

Dengan tulang-tulang yang sudah mampu diuji ketangguhannya

Keringat yang menetes, itu sudah biasa, yang penting bisa merdeka

Tanah air dan bangsa harus berkaca

Mengingat jasa dari setiap asinnya kehidupan

Lewat sedikit rasa

Cobalah peka !

Oleh: Muhammad Ridha Tantowi

 

You know what? Ini puisi tercipta hanya dalam waktu 5 menit di saat kondisi mendesak waktu itu buat something important di sekolah, lagi ga bisa nulis banyak-banyak di blog kesayangan ini, masih banyak perihal penting di kehidupan nyata yang harus gue selesein. Mudah-mudahan nanti gue bisa blogwalking seperti semula lagi, we’ll see, bye

Leave a Reply

%d bloggers like this: