Fenomena,  Opini,  Stories

Alasan Tetap Bertahan Hidup Tanpa Harus Bunuh Diri

Pada polling di Instagram yang lalu, saya mencoba menanyakan followers saya tentang alasan untuk tetap bertahan hidup. Dengan ketentuan, alasan menyoal agama tidak diperkenankan.

Mengapa?

Sederhananya bagaimana pun juga, kalau sudah menyoal kepercayaan sulit untuk didebat. Sebab tidak semua orang memiliki kepercayaan yang sama. Walau bisa saja selain agama Islam ada yang melarang perilaku ini.

Ada beragam alasan yang masuk. Ada yang nyeleneh, ada pula yang menjawab dengan sangat serius. Nah, jawaban-jawaban yang masuk akan saya sortir berdasarkan kategori alasannya.

1. Kenikmatan dan Kebahagian Dunia

“Kalau ga hidup gabisa merasakan nikmatnya Indomie”
“Banyak makanan enak”
“Pengen jalan-jalan dan menjelajah”
“Mensyukuri diberi kehidupan”

2. Keluarga dan Orang Terkasih

“Kasian sama keluarga”
“Menunggu jodoh”
“Balas budi ke orang-orang terdekat”

3. Mimpi dan Tujuan

“Masih banyak plan yang belum kesampaian”
“Penasaran sama masa depan
“Sedang berjuang mewujudkan cita-cita”
“Masih mencari-cari tujuan hidup”
“Melanjutkan mimpi yang belum kelar”

4. Berbagi Kebaikan

“Hidup untuk berbagi dan mengajarkan kebaikan”
“Kehidupan ada untuk menebar kebaikan”

5. Random

“Bunuh diri itu sakit”
“Hidup ya hidup”
“Hidup tidak butuh alasan”
“Agar mati dengan tenang”
“Untuk membuktikan kesedihan juga bisa bikin bahagia, dan sebaliknya”

Di samping rumitnya alasan seseorang untuk mengakhiri hidup, rupanya masih banyak alasan lain yang bikin kita harus tetap survive. Yang dibutuhkan hanyalah dukungan dalam bentuk apapun terhadap teman-teman yang disinyalir memiliki gejala untuk bunuh diri.

Sebab bunuh diri tidak menyelesaikan masalah, tapi mengubur masalah dalam-dalam. Karena pada akhirnya, tidak ada yang benar-benar tahu akar masalahnya, kecuali dia sendiri yang membuka mulut dengan sejujur-jujurnya.

Baca juga: Fenomena Bunuh Diri Kaum Millenials

Ketidakmampuan seseorang menahan beban hidup jadi alasan seseorang bunuh diri. Ditambah lagi tidak ada teman dekat atau kerabat yang bisa diajak untuk bertukar pikiran. Kalaupun tidak bisa memberikan solusi, menjadi pendengar yang baik tanpa menyudutkan atau mendiskreditkan mereka adalah solusinya.

Saya sendiri masih berjuang keras untuk bisa menjadi pendengar yang baik. Walau kenyataannya prosesnya sangat sulit. Saya cenderung lebih suka bercerita ketimbang harus mendengarkan orang lain bercerita berjam-jam. Apalagi, jika topiknya tidak saya sukai.

Pada serial 13 Reasons Why yang tayang di platform Netflix, ada sesosok gadis bernama Hannah Baker. Ia meninggal tragis dengan darah bercucuran di urat nadi tangan kirinya. Usut punya usut, rupanya ia nekat bunuh diri setelah sekian lama menahan beratnya beban hidup.

Tidak semata beban dari teman-temannya yang melakukan perundungan terhadapnya, tapi juga dari orang tuanya sebagai sosok terdekat Hannah.

Sebenarnya sosok Hannah yang digambarkan di serial ini bukanlah Hannah yang lemah. Ia telah berjuang untuk bisa bangkit dari berbagai masalah yang menimpanya. Namun, semesta seolah tidak mendukung usaha Hannah.

Cerita Hannah dianggap fiktif, ketakutannya dianggap tidak beralasan, dan tuduhannya terhadap orang lain yang menyakitinya dianggap berlebihan. Bahkan oleh Clay teman terdekatnya sekalipun. Tak ayal jika Hannah memutuskan menyudahi hidupnya dengan cara demikian.

Menariknya, serial 13 Reasons Why ini mampu memberikan gambaran yang sesuai dengan harapan seseorang yang memutuskan bunuh diri.

Mengapa?

Ini karena kematian Hannah benar-benar disesali semua orang terdekatnya hingga muncul rasa bersalah tak berkesudahan. Saya rasa inilah yang dicita-citakan seorang pelaku bunuh diri yang di dunia nyata belum tentu demikian.

Yang jika kemudian hari saya pun memutuskan untuk bunuh diri, alasan utama saya adalah agar orang lain menyesali telah mereka perbuat kepada saya yang sudah menyia-nyiakan saya.

If you have suicidal thoughts. Just message your closest buddy right away.

PS. Terima kasih atas respons teman-teman di Instagram story kemarin. Identitas dirahasiakan.

Leave a Reply

%d bloggers like this: