Stories

Arsitektur VS Fakultas Kedokteran

Mengenang satu tahun yang lewat

Tepat satu tahun yang lalu, gue masih ingat perjuangan untuk bisa kuliah dan masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Pasalnya, tidak mudah untuk bersaing dengan siswa lain yang juga menginginkan sebuah bangku di PTN. Mereka yang benar-benar ingin disini, tentu harus bisa kerja keras melebihi saningan-saingannya. Tidak hanya pada porsi belajar saja, melainkan juga restu dan doa ke Allah SWT.

Gue yang notabene angkatan 2013, agak was-was juga karena takut kejadian tahun sebelumnya terulang kembali. Bayang-bayang takut tidak lulus selalu ada. Baik pada saat Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), ujian Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), maupun Ujian Mandiri (UM) di Universitas Airlangga (Unair) yang gue ikutin. Namun, gue percaya kalau usaha keras itu memang ga akan mengkhianati. (Hmm jeketi :D)

Pengumuan SBMPTN, lulus, lolos, arsitektur, ITS, pilihan dua, pengalaman

Hasil akhirnya, gue ga lolos UM Unair, gugur tahap psikotest STIS, dan finally lolos SBMPTN. Jujur di awal masih berat, memang begini ya manusia, sudah diloloskan di PTN tetapi masih terlalu berharap bisa masuk jurusan dambaan. Pilihan pertama Fakultas Kedokteran (FK) Unair, kedua Arsitektur ITS, dan ketiga Arsitektur Universitas Brawijaya. Bisa ditebak, pada pengumuman SBMPTN gue lolos di pilihan kedua setalah terbuang dari pilihan pertama.

Setelah berkali-kali gagal pada ujian masuk FK, gue sadar kalau sejatinya apa yang diinginkan tidak selalu harus terwujud. Apa yang gue mau tidak melulu harus dapat. Barangkali, FK terlalu berbahaya sehingga Allah mengalihkan aku ke jalan lain, terlalu mahal bagi keluarga untuk bisa membayar, dan terlalu lama bagi orang-orang terdekat untuk bisa melihat gue memakai toga.

Tidak bisa dipungkiri, gue bukan orang satu-satunya yang merasa (memang) gagal. Terdapat ratusan bahkan ribuan siswa lain yang cita-citanya juga serupa. Hanya saja, sebagian besar mungkin sudah bisa memilih jalan lain yang akan mewujudkan kesuksesan mereka. Sisanya, merenungi, meratapi nasib, seakan-akan dunia telah berakhir dan menjadi dokter adalah salah satunya jalan menuju kesuksesan

Bisa jadi, apa yang kita harapkan tidak baik untuk kita. Sebaliknya, apa yang Allah berikan akan menjadi berkah dalam meniti hidup kita kelak.

Mahasiswa Arsitektur ITS, Almamater Kampus Perjuangan

 

Surabaya, 2 Juli 2015

5 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: