tips jalan jalan ke salzburg dari munich
Stories

Cerita Day Trip Salzburg dan Si Perempuan Semampai

Langit yang menurunkan hujan kala itu, bukanlah sebuah kebetulan. Dari weather forecast app di hp, jelas terlihat Kota Munich sudah diramalkan akan diguyur hujan seharian. Pagi yang sejatinya menyemburkan sinar mentari pagi tidak berlaku untuk Munich. Langit gelap beserta gulungan awan hitam sudah mengepung seluruh kota. Dan benar saja, saya dibuat bingung di antara dua pilihan: melanjutkan rencana day trip ke Salzburg atau beristirahat saja di bawah selimut tebal hostel?

Setelah mempertimbangkan baik dan buruknya, hasilnya, saya memilih untuk tetap berangkat. Pukul 09.00 saat itu seakan sudah petang yang di musim panas ini ternyata tidak ada matahari, tidak ada kehangatan, yang ada hanya air hujan yang turun beserta hembusan angin super kencang.

Baca juga: Tiga Hari Menyusuri Sudut Kota Munich

Saya bergegas menuju flixbus bus stop yang jaraknya tidak terlampau jauh dari hostel. Cukup berjalan kaki sekitar 15 menit. Namun, dengan waktu tempuh sependek itu tetap tidak menjamin saya lolos dari guyuran hujan yang sedari tadi masih ditahan-tahan tuk turun. Beruntung, saya tak sampai basah kuyup. Tapi sialnya, flixbus yang sudah saya book tiketnya baru saja berangkat!

Tidak ada pilihan lain selain merelakan tiket seharga 12 euro tersebut hangus. Saya kembali harus book tiket baru yang harganya sudah jelas jauh lebih mahal, ditambah harus menunggu lagi di bus stop hingga satu jam ke depan. Rencana masih belum berjalan mulus di sini, pasalnya, flixbus yang saya tunggu-tunggu kedatangannya rupanya terlambat.

Kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi karena keterbatasan waktu. Munich-Salzburg membutuhkan waktu tempuh dua jam. Jika saya baru berangkat pukul 11.30, maka baru sampai Salzburg pukul 13.30. Ini pun dengan catatan tidak telat juga. Sedangkan tiket kepulangan saya dari Salzburg adalah pukul 16.00, jadwal paling akhir untuk dapat mengejar flixbus saya ke Amsterdam di malam harinya. Sounds crazy, but this’ true.

Bus datang pukul 11.30 sesuai perkiraan. Sepanjang mata memandang, perjalanan menuju Salzburg ini worth the price. Selain disuguhi hamparan sawah nan hijau, pegunungannya juga masih ada yang diselimuti salju putih nan tenang. Sepanjang perjalanan pula, doa saya hanya satu, please don’t let rain ruin my trip!

Salzburg Central Station

Sesampainya di Salzburg central station, rupanya hujan turun lagi! Walau sekadar rintik-rintik kecil. Dari sini, saya hanya berjalan kaki menuju tengah kota Salzburg. Tidak banyak yang bisa dilihat, apalagi di cuaca yang tidak bersahabat seperti ini. Yet, Salzburg is still pretty tho, ditambah tidak banyak orang yang berlalu lalang di sini.

House of Mozart Salzburg
Salah satu sudut Kota Munich dengan kabutnya
Salzburg City Center Hall
Pemandangan dari atas Hohensalzburg Fortress
Fine dining di Hohensalzburg Fortress
Museum yang berisikan cerita masa lampau kota Salzburg di Hohensalzburg Fortress

Bagian paling menarik adalah ketika naik dengan kereta menuju Hohensalzburg Fortress. Harga tiketnya 12 euro PP sudah termasuk tiket masuk ke museumnya. Saya tidak menghabiskan banyak waktu di sini, kurang dari satu jam kalau tidak salah. Pemandangan dari atas sungguh luar biasa. Saya bisa melihat hampir keseluruhan kota Salzburg dari atas sini. Tentu sambil membayangkan bagaimana damainya jika bisa hidup di sini menghabiskan hari tua.

Satu jam sebelum flixbus menuju munich berangkat, saya sudah bersiap untuk turun dari benteng ini. Sambil mencari-cari alternatif terbaik menuju stasiun yang jika harus jalan kaki lagi tidak akan keburu. Akhirnya saya memutuskan naik tram! Dengan perasaan cemas takut ketinggalan kereta sekaligus tertangkap karena tidak punya tiket, saya memberanikan diri naik!

Setelah lima belas menit di tram, saya baru tersadar kalau tram ini tidak menuju stasiun. Yup, saya menaiki tram yang sebaliknya dari stasiun menuju kota. Saya bergegas turun di tengah gerimis saat itu untuk berganti jalur. Dan ya, harus menunggu sepuluh menit untuk naik tram selanjutnya di halte yang tidak ada naungan sama sekali. Yang saya lakukan hanya menunggu sambil betul-betul memerhatikan papan informasi berisikan rute tram Kota Salzburg guna memastikan saya tidak akan salah naik tram lagi.

“Do you need help?” sapa seorang perempuan semampai berperawakan tinggi yang membuyarkan konsentrasi saya, sembari menggeserkan payungnya ke atas kepala saya yang sedari tadi basah kuyup.

“I’m going to central station, which line should I take?” tanya saya, sekadar mengapresiasi niatnya membantu, yang padahal saya sudah tahu tram mana yang harus dinaiki.

“Take this line and the central station is at the last stop,” balasnya.

“Danke!” obrolan pun berakhir di sini. Tidak ada niatan untuk melanjutkan basa-basi ini walau sebenarnya perempuan ini memiliki paras di atas rata-rata. Wajar pikir saya, dengan kondisi diburu waktu, hujan, dan suhu yang mencapai 10 derajat, cukup membuat saya tidak malas berbicara. Dan juga, tidak lama setelahnya, tram yang ditunggu-tunggu datang yang mengantarkan saya ke stasiun dengan gratis. Hehe jangan dicontoh.

Sepanjang perjalanan menuju stasiun, saya masih dilanda rasa penasaran dengan perempuan tadi yang berujung pada dugaan-dugaan khas saya sendiri. Rambutnya panjang terurai, agak blonde, tapi tidak secerah milik perempuan etnis kauasia biasanya. Seorang mahasiswa yang hendak pulang menuju kediamannya. Hingga yang paling akurat menurut saya adalah ia memiliki sensitivitas dan kepekaan yang tinggi. Entah karena ia seorang perempuan, atau memang karena ia memang di atas rata-rata perempuan lainnya?

Naik kereta DB dengan tiket bayern di Salzburg Central Station

Bisa dibilang, day trip saya ini tidak begitu nikmat karena saya seolah-olah diburu waktu, but I enjoyed it. Walau di akhir saya tetap tidak bisa mengerjar flixbus karena saya baru sampai 10 menit setelah flixbus berangkat dan berujung pesan tiket kereta DB (karena dengan flixbus tidak akan keburu) seharga 25 euro.

Sedikit tips bagi yang berencana melakukan day trip juga sekitaran Munich dan Salzburg, bisa pesan tiket ini yang bernama Bayern Ticket dari DB. Jadi hanya dengan membayar 25 euro kita bisa pergi dan pulang kapan saja (sesuai dengan jadwal keretanya) dan unlimited untuk satu hari di seluruh regional Bavaria. Andai saya tahu info sejak sebelum berangkat, saya tidak akan mengeluarkan uang sebanyak ini gara-gara ketinggalan bus.

Saya pun sampai di Muncih Central Station pukul 18.00. Masih ada waktu kurang lebih tiga jam sebelum kembali menempuh perjalanan panjang hampir 10 jam dengan flixbus menuju Amsterdam! Sekian cerita pengalaman saya di sini, semoga selanjutnya bisa tetap konsisten menulis.

Salzburg, Austria 28 of May 2019

In a cold and windy day

Baca juga: Begini Rasanya Musim Dingin di Porto, Portugal

Bonus foto selfie owi di Salzburg, Austria

Leave a Reply

%d bloggers like this: