Indonesia Sedang Tidak Baik-Baik Saja
Obrolan kita mengalir layaknya dua teman akrab yang sudah lama saling mengenal. Padahal, ini baru kali kedua kita bertemu setelah pertemuan pertama yang tidak disengaja itu. Beruntung, dia adalah sosok yang hangat, banyak cerita, gagasan dan ide menarik yang keluar dari mulutnya. Tak sekadar bergelar perempuan tangguh yang sudah mengelilingi setengah belahan bumi, sosoknya juga menjadi yang terdepan dalam berbagai isu terkait kehidupan antarmanusia.
“Bagaimana Indonesia?” tanyanya singkat, sambil memecah keheningan dan kekagumanku akan perjuangannya dalam mengentaskan isu-isu terkait diskriminasi dan perundungan yang baru saja diceritakannya. Butuh waktu beberapa saat untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut. Ingin sekali rasanya berbicara mengenai betapa indahnya pemandangan dari gugusan pulau di Raja Ampat Papua, atau sekedar tentang sejuknya menghirup udara pagi di Desa Ubud, Bali.
Namun seketika kutampik ide tersebut. Bukan, bukan itu jawaban yang ia harapkan keluar dari mulutku yang sedari tadi diam ini. Melainkan tentang bagaimana situasi kehidupan bermasyarakat di negara tercinta Indonesia. Juga tentang sikap masyakarat tentang kebijakan pemerintah yang kerap bertolak belakang dengan kemauan masyarakat. Baik tentang Agama, Politik, Ekonomi, semuanya.
“Tidak lama ini kita berhasil memperjuangkan hak seorang anak perempuan yang dilecehkan oleh seorang oknum di lingkungan tempat tinggalnya,” ujarnya menambahkan, yang aku yakin adalah usahanya untuk sekadar memberi gambaran tentang apa yang seharusnya aku utarakan dalam jawabanku atas pertanyaannya.
Ia lalu kembali bercerita panjang lebar, mulai dari rasa takut luar biasa dari sang korban untuk bercerita, hingga munculnya keberanian untuk menceritakan kebenaran yang harus diungkap. “Kita percaya kalau itu benar dan orang lain juga akan sangat mendukung korban,” jelasnya bersemangat. Tidak ada yang menyalahkan korban, karena yang jelas salah adalah pelaku.
Pikiranku kembali ke pertanyaan semula. Banyak hal yang ingin kuceritakan tentang Indonesia. Tapi aku yakin, bukan itu yang ingin ia dengar, bukan tentang indahnya Bali ataupun macetnya Jakarta. Lagi-lagi aku tertegun. “Aku sendiri bingung, delapan bulan meninggalkan Indonesia ada banyak sekali perubahan yang aku tahu dan tidak tahu, tapi satu yang pasti, Indonesia sedang tidak baik-baik saja,” ucapku lirih.
(Akhir Part 1)