Stories

Kampung Halaman dan Kesederhanaan

Berada di kampung halaman tidak lagi sebuah keharusan, melainkan tradisi. Berada disini untuk belajar menghargai, mencintai, serta menyayangi tempat kelahiran hanya untuk sekadar berterima kasih atas dedikasinya selama ini. Sebagai saksi tempat tumbuh dan berkembang hingga sampai seperti saat ini. Tampak sederhana namun sarat akan kenangan dan pembelajaran khas kampung yang kampungan.

Yang gue lihat, apa-apa yang ada disini antara dulu dan sekarang tidak terlalu kontras perbedaannya. Tiang-tiang kayu menjulang, desir air sungai yang terus menyapu, atau bunyi klotok (Kapal) yang menjadi pemecah keheningan di desa ini selalu menjadi sajian apik menghangatkan pagi. Begitu pula dengan masyarakat disini. Sejak pukul 03.00 WITA mereka sudah bergegas memulai pekerjaannya masing-masing. Ibu-ibu yang menjajakan ikan di atas perahu, bapak-bapak yang sedang memikul cangkul menuju ke sawah, hingga bocah-bocah belia beraneka rupa yang sudah harus bekerja demi membantu orang tua.

Gue inget banget ketika dulu masih sangat suka berenang di sungai ini, bermain ilung (Eceng Gondok), dan membuat kapal mini yang hanya muat untuk satu orang saja. Namun itu dulu, sekarang gue sadar bahwa gue sudah terlalu tua untuk itu. Peran gue sekarang sudah berbeda. Ada kalanya gue akan bisa berkontribusi banyak dalam pembangunan desa yang masih sangat minim perkembangannya. Baik infrastruktur, perekonomian, hingga sosial-budaya-politik yang masih begitu-begitu saja.

Di bawah ini adalah foto-foto yang baru aja gue ambil di depan rumah gue pagi tadi,

Senin (13/7) Pukul 06.00 WITA.
Lokasi, JL.Tambak Bitin, Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan

daha-utara-hss

jamban-negara

 

daha-utara

potret-negara

 

negara-hulu-sungai-selatan

kapal-negara-hulu-sungai-selatan

DSC_0103

negara-daha-utara

 

4 Comments

Leave a Reply to Titis Ayuningsih Cancel reply

%d bloggers like this: