Partisipasi Mewujudkan ULM Terkemuka dan Berdaya Saing
Kilas balik enam tahun yang lalu, tepatnya pada awal tahun 2013, saya dihadapkan pada pilihan sulit. Sebagai calon lulusan SMA Negeri 1 Tanjung yang berjarak 225 kilometer dari Ibukota Kalimantan Selatan ini, saya merasa tidak tahu arah.
“Mau kemana setelah ini?”
Pertanyaan ini selalu bersarang di kepala setiap harinya sepulang sekolah di tahun terakhir saya. Tidak ada panduan, baik dari orang tua ataupun guru Bimbingan Konseling di sekolah saat itu. Selain karena jauh dari ibukota dan minim informasi, kelima orang saudara saya juga tidak ada yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Hingga suatu hari, cerita datang dari teman perempuan saya yang berada di bangku depan.
“Inshaallah aku akan mendaftar kuliah di Jurusan Teknik Sipil,” ucapnya.
“Wah, nanti bakal jadi Pegawai Negeri Sipil ya?” tanya saya dengan lugunya.
“Bukan, ini nanti belajar tentang konstruksi bangunan,” ujarnya menjawab ketidaktahuan serta keluguan saya ini.
Hari terakhir pendaftaran SNMPTN pun tiba. Kurangnya pengetahuan saya dan banyaknya siswa lain mengenai kehidupan pasca SMA membuat kami bingung bukan main. Bahkan tidak sedikit yang acuh dan tidak melanjutkan pendaftaran seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ini. Bahkan, saya sebagai salah satu peraih ranking terbaik di kelas tetap saja dilanda kebingungan akut.
“Nanti aku daftar stikes saja lah,” ujar salah seorang teman.
Atau ada juga yang berujar seperti ini. “Bingung mau daftar apaan, sudah yakin juga ga akan lulus.” Sebuah mindset kalah sebelum berperang yang umum saya temui kala itu di kalangan teman-teman saya.
Namun sedihnya, saya sempat masuk ke dalam kelompok pesimistis ini. Dari semua kebingungan ini, hanya satu yang cukup mencerahkan saya bahwa untuk menjadi seorang dokter maka harus masuk di Prodi Pendidikan Dokter, bukan keperawatan, bidan, apalagi farmasi. Ini pun berkat pencerahan dari seorang teman yang sudah lulus setahun sebelumnya yang berhasil diterima di Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Hingga pilihan saya pun jatuh pada Pendidikan Dokter FK ULM.
….
Pengalaman ini menguak fakta bahwa ketika itu tidak sedikit yang belum mengetahui sepenuhnya tentang pendidikan tingkat lanjut, terkhusus tentang ULM sendiri. Padahal, sebagai PTN terbesar di Kalimantan Selatan, ULM menjadi kebanggaan urang banua. Banyak pakar dan ahli di berbagai bidang yang lahir dari kampus dengan almamater kuning ini. Contohnya saja Gubernur Kalsel Periode 2010-2015 Ruddy Ariffin, Menteri Riset dan Teknologi di Kabinet Indonesia Bersatu II Gusti Muhammad Hatta, dan lain sebagainya.
Sebelum ini, Universitas Lambung Mangkurat lebih akrab dengan singkatan Unlam. Namun berlandaskan SK No 509 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Perubahan Singkatan Unlam menjadi ULM, maka secara resmi singkatan ULM lah yang digunakan seterusnya. Ini diyakini dapat menjadikan ULM lebih terkemuka dan dikenal secara luas oleh masyarakat. Sebab, tidak jarang yang mengartikan singkatan sebelumnya sebagai nama PTN yang ada di lampung.
Hingga diharapkan tidak ada kekeliruan salah sebut singkatan, melainkan perubahan ini semakin memperkuat ULM dalam hal branding. Selain dalam penyebutan lisan, perubahan juga berlaku dalam semua aktivitas sivitas akademika, url website, hingga dokumen resmi turut menggunakan singkatan ULM.
Setelah perubahan singkatan, kabar baik kembali berpihak pada ULM. Di awal tahun 2019, tepatnya pada 19 Maret 2019, ULM secara resmi menyandang akreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) hingga lima tahun mendatang. Prestasi ini adalah yang terbaik sebab di dua akreditasi sebelumnya ULM mentok hanya mendapatkan akreditasi B.
Dengan meningkatnya akreditas ini, peningkatan kualitas ULM secara institusi sudah tidak perlu diragukan lagi. Di bawah kepemimpinan Rektor Dr H Sutarto Hadi MSi MSc, ULM berkembang pesat dari segi mutu akademik, kemahasiswaan, penelitian, hingga pengabdian masyarakatnya sesuai Tridharma Perguruan Tinggi. Tidak heran jika visi ULM Terkemuka dan Berdaya Saing pada 2025 sangatlah mungkin diwujudkan.
Perbaikan kualitas belajar dan mengajar di bumi Lambung Mangkurat ini tidak lepas dari turut meningkatnya pembangunan pendukung pendidikan. Tidak tanggung-tanggung, infrastruktur ULM meningkat dua kalinya setelah berbagai kerjasama pembangunan sarana prasarana dijalin. Berbagai gedung dan fasilitas baru dibangun seperti general lecture building, perpustakaan, auditorium, sport center, berbagai gedung perkuliahan di tiap fakultas, hingga Grha Puspa Cendekia yang dimanfaatkan menjadi asrama mahasiswa.
Sebagai seorang perantau di Tanah Jawa, saya melihat ULM begitu pesat perkembangannya. Bukti fisik paling nyata adalah dari estetiknya berbagai bangunan baru yang muncul di berbagai akun sosial media milik teman yang merupakan mahasiswa ULM. Ada kebanggaan tersendiri sebagai urang banua yang bisa melihat ‘wahana juang’ ini bisa terus bersolek diri. Sehingga, stigma umum yang mengatakan perguruan tinggi di jawa lebih baik bisa dengan mudah dibalas dengan berbagai prestasi dan kemajuan ULM saat ini. ULM tidak hanya berpotensi untuk menjadi salah satu PTN terbaik di Indonesia, tapi juga potensi untuk ULM Go International.
Kerja keras ULM dalam peningkatan mutu di lima tahun terakhir patut diacungi jempol. Namun, perjuangan tentu masih panjang. Tidak hanya dosen dan tendik yang punya peran dalam memajukan sebuah institusi, tapi juga mahasiswa sebagai generasi penerus. Dengan berbagai fasilitas dan layanan baru dari ULM ini, sudah seharusnya mahasiswa ULM dapat meningkatkan prestasi dan kontribusinya untuk negeri.
Kelak, yang menjadi garda terdepan pembangunan adalah para mahasiswa. Tidak peduli apapun latar belakang dan profesinya, para calon pemimpin bangsa ini akan membawa perubahan besar ke arah yang lebih baik. Alumni ULM pun sudah dan akan terus menjadi bagian dalam mencetak sejarah berkelanjutan ini, terlebih di momentum Dies Natalis ULM ke-61 tahun ini. ULM butuh para cendekiawan muda yang mau belajar, berjuang, dan berpartisipasi dalam aksi nyata yang tidak hanya narasi.
….
Hari pengumuman SNMPTN 2013 pun tiba. Saya masih ingat betul betapa takut dan gelisahnya saya akan hasil ini. Dampaknya, saya baru memberanikan diri membuka laman pengumuman sehari setelahnya.
“Maaf anda dinyatakan tidak lulus SNMPTN 2013.”
Itulah tulisan merah yang tercetak tebal di laman ponsel saya kala itu. Hasil yang sama juga terjadi ketika saya mengakses pengumuman seleksi jalur mandiri ULM yang bernama SENYUM. Walaupun saya gagal menjadi bagian dari keluarga besar ULM, namun saya bangga pernah berjuang di ULM. Walaupun saya gagal menjadi seorang dokter, namun saya tetap bangga akan apapun latar belakang saya dan berkontribusi untuk agama, bangsa, dan negara. Bagaimanapun, ULM telah mengajarkan saya arti keyanikan dan perjuangan hidup.
# ULM Terkemuka dan Berdaya Saing
# ULM Go International
# ULM Kampus Pilihanku
5 Comments
Fauzi Akbar
Kemaren juga mau masuk ULM, tapi gk lulus. Semoga tahun depan bisa. Mohon doanya mas
Muhammad Ridha Tantowi
Semangat ya!
Eva Yuliana
Inspiratif kak, aku juga pengin masuk FK tapi memang bukan rejekinya. Yang penting tetap jalani sepenuh hati aja..
Muhammad Ridha Tantowi
Setuju!! Akan ada jalan yg lebih baik
helisma nur
baru tau kaka dari banjar juga, sukses selalu kaa