Stories,  Tutorial

Pengalaman Menulis Curriculum Vitae (CV) Beasiswa Luar Negeri

Tujuh tahun yang lalu, ketika masih di tahun pertama menduduki bangku universitas, membuat Curriculum Vitae (CV) adalah hal yang paling saya benci. Sebagai mahasiswa baru, setiap minggu rasa-rasanya selalu saja ada momen dimana saya harus mengirimkan CV untuk pendaftaran kegiatan, kepanitiaan, dan lain sebagainya.

Hingga saat itu, pandangan mengenai CV yang saya punya tidak lebih dari CV yang biasa dibuat oleh para pencari kerja yang judulnya “Daftar Riwayat Hidup.” Dulu, saya masih ingat betul kalau template CV ini dijual bebas di tempat fotokopian / toko alat tulis kantor. Tugas kita hanya tinggal mengisi identitas dan pengalaman secara manual menggunakan pulpen, dan sebuah CV pun selesai.

Berbekal microsoft word dan pengalaman minim di 2014 lalu, beginilah kira-kira CV pertama saya. Kalau tidak salah, ini digunakan untuk kegiatan orientasi kampus departemen saya. Kalau mau jujur, saya cukup malu melihat CV ini sekarang, rasanya kok jadul sekali selera saya dulu. Hehe.

Dokumentasi Pribadi: CV ketiga saya yang untuk pertama kalinya menggunakan template CV Europass

Berselang dua tahun, saya kemudian mengubah desain dan memperbaharui daftar riwayat hidup saya. Kali ini sedikit niat karena saya menggunakan adobe photoshop untuk membuat CV ini. Namun, tetap saja masih penuh dengan hal-hal yang saya pikir tidak perlu. Self-proclaimed skill, irrelavant information, dan desainnya masih berlebihan.

Dokumentasi Pribadi: Inilah CV kedua saya, meski tidak colorful lagi, tapi masih banyak grafisnya.

Lalu, bagaimana CV yang bagus dan menarik?

Menurut saya, tidak ada jawaban yang benar dan salah. Hanya saja, perlu konteks untuk menjawabnya. Misalnya, untuk pendaftaran beasiswa ke luar negeri, CV yang baik adalah CV yang mampu merepresentasikan diri pelamar hanya dalam 1-2 halaman.

Di bayangan saya dulu, CV yang baik adalah CV yang menarik secara grafis dan juga interaktif (video/audio misalnya). Seiring bertambahnya pengalaman, saya jadi belajar bahwasanya ada beraneka ragam bentuk CV dengan berbagai tujuan yang berbeda-beda pula.

Di tahun ketiga saya kuliah, sekitar awal 2017, saya mulai mengenal CV model Europass yang disediakan oleh Uni Eropa (European Union). CV ini menjadi syarat mutlak ketika saya hendak melakukan pendaftaran untuk program pertukaran pelajar (student exchange). Syukurnya, CV ini juga yang membuat saya lolos beasiswa erasmus mundus ke Portugal 2017 lalu erasmus mundus ke Portugal 2017 laludan menginjakkan kaki di benua biru untuk pertama kalinya.

Dokumentasi Pribadi: CV ketiga saya yang untuk pertama kalinya menggunakan template CV Europass
Dokumentasi Pribadi: Tampilan beranda website europass CV builder

Cara Membuat CV Europass

Proses pembuatan CV Europass ini sangat mudah. Cukup mengunjungi https://europa.eu/europass dan melakukan registrasi. Setelah pendaftaran selesai, maka kita bisa mulai melakukan pembuatan CV dengan terlebih dahulu mengisi data diri, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, alamat, hingga prestasi. Jika sudah mengikuti seluruh tahapannya, maka CV sudah bisa diekstrak menjadi file berekstensi PDF. Tidak hanya untuk diunduh, file CV ini juga akan tetap tersedia di akun kita jika suatu saat dibutuhkan baik untuk diunduh kembali maupun adanya perbaikan konten. So we don’t have to start from scratch anymore!

Berikut contoh CV Europass milik saya.

Dokumentasi Pribadi: CV keempat saya yang menggunakan template CV terbaru dari Europass

Focus on the content!

Semenjak berhasil mendapatkan beasiswa menggunakan CV Europass, hingga sekarang saya masih menjadi pengguna setia template ini. Tidak banyak grafis, namun tetap profesional dan elegan. Bahkan, seringkali ketika diminta mengirimkan CV, saya tidak menyematkan foto diri. Jaga-jaga, dalam beberapa kasus, HRD / Employer mungkin saja bias dalam mengambil keputusan.

Meskipun penampilan CV penting, namun bagian terpenting dari sebuah CV masih dipegang oleh kontennya. Sebab, konten CV menjadi pembeda kita dengan orang lain. Dan jujur saja, guna bisa menyuguhkan konten yang menarik dan pantas ditampilkan di CV tidaklah gampang. Butuh proses panjang yang tidak jarang menguras waktu, tenaga, uang, hingga pikiran. Tepat rasanya pepatah “Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” sebagai gambaran bahwasanya untuk membentuk CV yang menjual dibutuhkan usaha keras (juga cerdas).

Tips & Trick

Karena konten sudah tidak mungkin diubah tanpa adanya tambahan pengalaman, berikut ini saya bagikan beberapa tips & trik yang mungkin berguna.

  • Ekstensi File CV: Ketika mendesain dan melakukan eksport file CV, pastikan formatnya jangan berbentuk jpg/jpeg/png karena tidak akan bisa terbaca oleh sistem. Format file PDF biasanya lebih mudah untuk di-crawl oleh sistem pencari.
  • Tidak lebih dari 2 halaman: Jika pengalaman kalian memang banyak, pastikan untuk menyeleksinya. Sehingga, hanya informasi yang relavan dengan beasiswa / program studi yang masuk ke dalam CV. Cukup hanya 1-2 halaman saja untuk memuat identitas dan pengalaman relevan yang kalian miliki.
  • Urutan dari yang paling baru: Pastikan yang muncul di baris paling atas adalah pengalaman yang paling baru. Europass CV Builder sudah mengakomodir fitur ini, jadi kalian bisa mengatur sendiri berdasarkan waktu, ataupun preferensi pribadi.
  • Jaga data diri! : Tidak semua informasi pribadi harus masuk di CV. Informasi mengenai agama, status, hobi, dan alamat detail sebaiknya tidak ikut dicantumkan. Lagi-lagi, karena ini adalah CV untuk tujuan akademis, maka dari itu informasinya pun harus menyangkut akademik pula.
  • Up-to-date: Usahakan untuk selalu meng-update CV kalian. Selain untuk mengarsipkan pencapaian hidup, recently updated CV juga menunjukkan kalau kalian serius dalam aplikasi beasiswa. Ketimbang, aplikan yang mengirimkan CV yang mana CV tersebut sudah berusia 1-2 tahun yang lalu.

Sekian pengalaman saya dalam menulis CV. Perlu diingat bahwa CV bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan dalam mendapatkan beasiswa manapun, khususnya program di luar negeri. Masih banyak pertimbangan lain seperti skor IELTS, motivation letter, surat rekomendasi, sampai hal-hal yang tidak bisa kontrol misalnya pesaing dan preferensi gender/geografis pemberi beasiswa.

Untuk mendapatkan informasi seputar beasiswa, saya biasanya merujuk ke blog.schoters.com. Ada banyak sekali artikel menarik seputar pendidikan hingga kehidupan menarik mahasiswa di luar negeri. Selain menambah wawasan, bagi saya, membaca cerita inspiratif juga merupakan sebuah usaha untuk tetap menjaga niat dan semangat. Bagi siapapun yang sedang berjuang memantaskan diri untuk beasiswa, finger crossed!

Incoming search terms:

Leave a Reply

%d bloggers like this: