Stories,  Ulasan

Menikmati Alam Dari Atas Gunung Andong

gunung-andong-magelang-di-atas-awan

Telah disepakati sebelumnya, kalau liburan kuliah semester ini ITS Online akan naik gunung lagi! Ya gak gunung-gunung banget sih, tapi gapapalah yang terpenting kan kebersamaannya. Hehe. Karena tahun kemarin udah ke Banyuwangi, Malang, nah tahun ini akhirnya diputuskan buat ke luar Jawa Timur, yakni Jogja!

Kurang lebih 12 jam perjalanan dari Surabaya menuju Jogja jadi gak berasa. Karena selama perjalanan, anak-anak ITS Online pada ga berenti ngomong dan bikin humor receh. Wkwk. Sebenernya bisa lebih cepet nyampe, tapi karena kita berangkatnya terlalu sore, akhirnya ketemu dah sama macetnya jalanan pulau Jawa. Ditambah besoknya libur tahun baru imlek mungkin ya, jadi udah deh tumpah ruah jalanan.

Ketika udah mau sampai tujuan, rupanya kita sempat dibuat bingung sama jalan menuju basecamp. Wajar aja karena dari bertujuh belas yang berangkat, hanya satu orang yang pernah ke Gunung Andong ini. Itupun udah lama katanya. Antara harus belok kanan atau kiri, sebuah keputusan yang sulit. Wkwk. Sempat turun juga buat sekiranya cari petunjuk jalan tapi nihi. Selang 15 menit menimbang, akhirnya kita putuskan pilih jalur kanan. Dan Voila! Ternyata bener, dan kalian tahu kalau petunjuk jalannya ada di jalur kanan ini dan ketutupan pohon-pohon. Hmm.

Tepat saat adzan subuh berkumandang, kita sampai di Basecamp Sawit, tempat berkumpul sekaligus pintu masuk ke Gunung Andong. Hawa dingin mulai menyeruak ke sela-sela badan gue seketika turun dari mobil. Ga sedingin sewaktu di Dieng atau Ijen dulu sih wkwk. Dan gue dibuat heran, seketika mata gue melihat sekeliling, ehm, kok ga ada rombongan lain ya di sini? Apa emang lagi sepi batin gue. Usut punya usut, ternyata KITA YANG KESIANGAN NYAMPE!

Nice. Ditambah persiapan sholat, cuci muka, buang air, dan make up (duh gusti), akhirnya kita baru bener-bener mendaki pukul setengah lima pagi. Yang mana mataharinya udah mulai muncul. Wkwk. Ga ada lagi yang namanya sunrise, wong udah pagi gini sih. Dan yang paling bikin malu adalah ketika kita naik, eh yang atas udah ada yang turun. Wkwk. Pada senyum-senyum lagi kek ngetawain lagi anjir.

Tapi memang yang kita cari di sini bukanlah sunrise, atau julukan pendaki gunung dan lain-lain. Melainkan kebersamaan dan rasa saling peduli terhadap satu sama lain. Sebelum memutuskan berangkat pun, sebenernya ada yang kurang setuju kalau harus mendaki dengan alasan izin orang tua, daya tahan tubuh, dll. But, kita udah menjanjikan untuk saling bantu dan akhirnya jadilah naik gunung imut ini.

perjalanan-malam-gunung-andong

perjalanan-gunung-andong-dari-basementcerita-perjalanan-hutan-gunung-andong

 

Menurut gue, pendakian gunung andong ini lebih enak daripada dulu pas di Kawah Ijen, Banyuwangi. Dari segi ketinggian juga cuma 1726 MDPL yang bisa ditempuh waktu 1 jam pendakian. Tapi yang ga enak jalannya licin dan becek seperti habis diguyur hujan. Selain itu, jalannya juga ga lebar-lebar amat. Setiap kali berpapasan, maka harus ada yang mengalah untuk berhenti sebentar membuka jalan.

kondisi-pendakian-gunung-andong para-pendaki-gunung-andongfoto-atas-bukit-bagus-indonesia foto-cewek-naik-gunung-andong

Gimana keindahan puncak Gunung Andong? Keren sih menurut gue untuk ukuran gunung imut ini. Angin sepoi-sepoi di atas semakin melengkapi keasrian wilayahnya. Gue suka banget sama tenda warna-warni yang berjejer. Semakin cantik, tapi semakin semrawut juga haha. Bentuknya sih mirip kawah ijin, jadi jalan kecil yang memanjang gitu. Terlalu menepi saat foto-foto di puncak, bisa-bisa bikin kita jatuh ke bawah.

suasana-gunung-andong-jawa-tengah pemandangan-hijau-yogyakarta-gunung-andong

Di titik paling tinggi gunung andong ini, kelelahan kita bisa terbayarkan dengan menyantap semangkok indomie rebus dan segelas teh panas. Wuih. Iya, di atas ini ada warung yang sepertinya milik warga setempat sebagai ladang ekonomi. Harganya? Bahkan lebih murah di sini ketimbang kalau kalian beli pop mie di kereta atau di pesawat. Haha.

Selama kurang lebih 3 jam berada di puncak, kita memutuskan turun. Hmm. Ini nih bagian paling gak gue sukai. Jujur aja, gue ngerasa sakit teramat sakit pas turun. Kaki gue entah kenapa jadi lecet dan gemeteran. Padahal pas naik biasa-biasa aja. Parahnya beberapa kali kepeleset. Wkwk. Atau mungkin udah hokum alam ya, turun lebih berat ketimbang naiknya? Maklum gue bukan anak gunung. Hahaha.

Nah berikut ada sedikit cuplikan video keseruan kita di Gunung Andong, check this out!


tenda-gunung-andong sahabat-its-online-jalan-jalan kebersamaan-naik-gunung momen-naik-gunung-andong mendaki-gunung-andong foto-bersama-gunung-yogyakarta foto-puncak-gunung-andong

 

 

5 Comments

  • Angelina

    Wah tulisan yang menarik mas owi. Sya juga pernah naik gunung andong dan saat saya baca tulisan ini sy keinget pengalaman saya saat mendakinya. Wah tulisan yang benar2 nostalgic banget.

  • Andi Nugraha

    Kapan ya, terakhir ke andong, aku lupa. AKu baca ini jadi inget dan pengen ke Andong lagi. Dulu sayangnya aku dan teman-teman gak seberuntung mas Ridha Tantowi. Disaat aku mendaki cuaca tak mendukung.. Jangankan pengen lihat matahari terbit, foto aja seperti biasa, kayak gak di gunung..he

    Tapi tetap bersyukur, karena bisa selamat sampe turun lagi. Kebetulan dulu kami gak bawa tenda sama sekali. Karena teman-teman kami yang terbiasa menganggapnya tak begitu tinggi dan sudah sering juga. Disaat hujan untung ada yang jualan diatas.

    Aku juga baru tau waktu itu kalau diatas ada warung..hehe

    Lihat foto-foto mas Ridha aku jadi kangen akan ketinggian. Apalagi background pemandangannya itu, bikin pengen foto disitu..hehe
    Beruntung mas, jauh-jauh dapet view keren gitu ya

    Coba aku lihat videonya, biar gak penasaran..

Leave a Reply

%d bloggers like this: