
Pengalaman Pertama Naik Blablacar di Eropa
Saya cukup familiar dengan Blablacar di penghujung 2017 lalu, namun tidak pernah punya kesempatan mencobanya. Sampai pada akhir Mei 2019 lalu saya berkesempatan mencoba carpooling/carsharing ini. Sederhananya, kita dapat dengan mudah dan murah mencapai tujuan dengan ikut menumpang di mobil orang lain.
Blablacar ini adalah platform yang mempertemukan pemilik mobil (driver) yang akan melakukan perjalanan dengan orang lain yang akan melakukan perjalanan serupa. Ketimbang hanya sendirian di dalam mobil, kenapa tidak mengajak orang lain saja? Driver pun akan mendapatkan uang atas jasanya ini.
Cerita perjalanan menuju Ilmenau, Jerman yang lalu cukup membuat saya pusing. Begitu pula ketika hendak keluar dari kota ini. Selain masalah konektivitas, harganya pun cukup tidak ramah kantong mahasiswa Indonesia. Nah, berbekal info singkat mengenai Blablacar ini, saya pun memberanikan diri mencobanya.
Setelah menjelajah di website-nya, perjalanan dari Ilmenau-Munich ini hanya seharga 22 euro. Harga ini tentu lebih murah ketimbang memakai kereta DB yang tarifnya di atas 30 euro dan mengharuskan saya berganti kereta di Erfurt.

Di website Blablacar ini tercantum jelas klasifikasi mobil, identitas driver dan juga rating yang diberikan penumpang kepadanya.
Hari keberangkatan pun tiba. Saya dan driver sepakat untuk bertemu di Ilmenau Station siang hari. Dengan koper size besar, saya sempat ragu kalau koper ini bisa masuk ke mobil. Pun sebelumnya saya sudah melakukan riset kecil-kecilan untuk tahu seberapa besar mobil Audi ini.
“Hi, you’re Muhammad? I’m your driver,” ucapnya ramah ketika jarum jam tepat menunjukkan pukul 12.10. Lebih cepat dibanding waktu janjian.
Raut wajah seram yang tadinya saya pikirkan ternyata malah diganti senyum dan keheranan tanda tidak percaya kalau saya pemilik koper ini.
“Next time if you’re using Blablacar, make sure to check the bagage size. You’re lucky I have only two pessangers with me.”
“I’m sorry, this my first trip with Blablacar.”
Jurus untuk ngeles di atas ampuh untuk menutupi rasa malu dan ketidaktahuan saya hehe.
Perjalanan dengan Blablacar ini sangat mengesankan. Sebab ini pertama kalinya pula saya naik mobil Audi yang tampilan dan interiornya sungguh keren. Bener-bener beda dengan mobil-mobil yang pernah saya tumpangi sebelumnya entah itu uber ataupun milik teman.

Selain estetik, mobil ini juga super cepat melajunya. Dari yang awalnya berdurasi 4 jam, si driver ini sukses mengantarkan saya ke Munich hanya dengan 2,5 jam saja. Walau risikonya, di sepanjang jalan saya dibuat was-was dengan kecepatan super ini. Untungnya, semua aman-aman saja.
Salah satu penyebab lain yang mengurungkan niat saya mencoba Blablacar ini sedari dulu adalah menyoal faktor keamana. Sebagai orang asing di Eropa, saya termasuk yang sangat waspada jika harus berinteraksi dengan orang lokal. Terlebih jika hanya berduaan, di tempat sepi, atau malam hari yang sangat saya hindari. Tapi lagi-lagi Alhamdulillah tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Kesimpulannya, Blablacar ini cocok banget untuk traveler yang punya budger kecil namun tetap ingin bisa jalan-jalan ke banyak tempat. Khususnya para backpacker yang tidak membawa banyak barang. Oh ya, dari pihak Blablacar juga ternyata menyediakan asuransi yang sudah termasuk dalam tarif yang dibayarkan. Jadi ketika terjadi hal buruk, maka kita akan dilindungi asuransi.
Note: Belum ada aplikasi untuk pengguna smartphone dan Blablacar hanya menerima pembayaran via kartu kredit (Jenius bisa digunakan kok)

