Rekomendasi Tempat Menyendiri di Luar Negeri
Suara alarm tiba-tiba menyeruak di pagi buta, setidaknya bagi saya yang masih belum terbiasa dengan kehidupan musim dingin di sini. Rasanya, ingin sekali bersembunyi di bawah selimut dan kembali tidur. Tapi realitanya, saya harus bergegas bersiap karena ada jadwal kuliah pagi yang teramat pagi yakni pukul 08.00 waktu setempat.
Dengan setengah sadar, saya membuka gorden yang menutupi jendela kamar. Benar saja, di luar masih gelap dan tidak ada penanda kalau matahari akan segera terbit. Hal baiknya, ternyata saat itu salju sedang turun dan menyulap semuanya menjadi putih.
Satu tahun yang lalu, November 2022
Dahulu, situasinya kontras berbeda. Saya ingat betul bagaimana saya sering mengeluh betapa dahsyatnya matahari di ibukota Jakarta. Sehingga, bermandikan keringat rasanya adalah hal yang normal dirasakan para pekerja. Tiga tahun bekerja dan dua tahun terbelenggu pandemi COVID-19 adalah angka yang tidak sebentar. Namun, kala itu, segala bentuk perjalanan masih dibatasi. Bersyukurnya, mulai akhir 2022 lalu, restriksi berangsur-angsur berkurang hingga kita bisa kembali ke kondisi normal seperti sedia kala sekarang.
Saya masih disibukkan dengan rutinitas bekerja sebagai pekerja kantoran. Berangkat pagi hari, lalu pulang ketika matahari sudah tidak lagi menyinari. Rasa-rasanya, saya hanya menjalani apa yang memang diwajibkan, bukan apa yang saya mau atau ingin capai. Hingga suatu ketika muncul ide untuk rehat sejenak dari rutinitas. Sudah sejak lama terlintas di benak untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke jenjang master. Namun, dengan segala kesibukan pekerjaan, sulit rasanya untuk bisa fokus untuk mempersiapkan semuanya. Hingga terbesitlah ide untuk cuti bekerja untuk pergi ke luar negeri dengan destinasi: Bangkok, Thailand.
Tujuan utama saya sebenarnya bukan untuk mengunjungi tempat wisata. Tapi lebih kepada mengunjungi tempat-tempat yang memungkinkan saya dapat fokus dan lebih mengenali diri saya sendiri. Solo traveling ini juga yang membantu saya fokus dalam mempersiapkan aplikasi beasiswa. Seperti kebanyakan orang-orang tahu, hal terpenting dan juga tersulit dalam proses mendaftar beasiswa adalah menulis motivation letter dan study plan. Bagi saya yang saat itu masih bekerja, cukup sulit untuk bisa membagi waktu dan fokus terhadap dua hal. Karenanya, saya baru bisa fokus saat akhir pekan saja, atau di saat-saat seperti ini ketika saya mengambil cuti bekerja.
Perencanaan perjalanan ini cukup singkat. Saya mengajukan cuti dua hari kepada atasan saya, lalu dengan segera membeli tiket pesawat pulang-pergi melalui salah satu Online Travel Agent (OTA) seharga 3,5 juta. Harga yang cukup bersahabat kala itu mengingat maskapai yang saya gunakan adalah full-service airline.
Rencana traveling dan healing mendadak ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa Jenius. Pengalaman menjadi nasabah Jenius enam tahun ke belakang membuat kehidupan saya menjadi minim drama. Sejak ada Jenius, saya tidak perlu lagi untuk menukar mata uang fisik ke Singaporean Dollar (SGD) atau Thailand Baht (THB) untuk dapat bepergian dan bertransaksi secara seamless. Pun ketika menggunakan transportasi umum di Singapore misalnya, Kartu Debit Jenius Visa Contactless sangat bisa diandalkan. Bagi yang belum kenal dengan Jenius, mungkin bisa baca dulu postingan saya tentang Pengalaman Membuka Rekening Jenius Gratis di sini.
Saya tidak melakukan persiapan apapun karena ingin menjelajah sendiri tanpa agenda yang ketat. Dari lima hari perjalanan ini, aktivitas utama saya adalah wisata kuliner di street food, coffee shop, co-working space, dan menjelajah beberapa shopping mall. Nah, di artikel ini, saya akan merekomendasikan beberapa tempat bagi mereka yang memiliki tujuan serupa seperti saya: menyendiri, menulis, dan mencari jati diri.
Changi Airport & The Jewell
Sesampainya saya di Singapura, saya langsung menuju toilet dan bergegas naik sky train yang mengubungkan beberapa terminal di Bandara Changi ini. Jujur saja, terakhir kali saya menyambangi negara ini adalah pada 2018 lalu, dan karenanya, ketika saya menginjakkan kaki di bandara ini, saya cukup dibuat bingung. Bandaranya besar dan ada banyak sekali penumpang yang bepergian.
Ketika dulu saya kesini, The Jewell masih belum diresmikan. Beruntung, kali ini saya bisa melihat The Jewell untuk pertama kalinya. Kendati demikian, saya cukup kecewa karena belum bisa menyaksikan water rain vortex-nya secara langsung. Jadi saran dari saya adalah bagi kalian yang memang berencana kesini, periksalah jadwal show rain vortex ini dari web The Jewell secara langsung.
Di sini, ada beberapa spot beserta tempat duduk yang bisa digunakan untuk menenangkan diri, khususnya dari keramaian. Apalagi saat itu saya datang di pagi hari dimana wisatawan masih terbilang sepi. Nah, bagi yang ingin menulis, di sini adalah salah satu spot yang apik. Hijaunya hutan, aroma tanah basah, suara riak air, dan sesekali decikan serangga adalah teman yang sempurna untuk menyendiri.
Central Embassy Shopping Mall
Menurut saya, ini adalah mall terkeren yang ada di Bangkok. Di lantai enam mall ini terdapat satu toko buku besar bernama Open House yang sangat aethetic. Tidak hanya itu, ada banyak sekali coffee shop dan co-working spaces yang ada, mulai dari yang gratisan sampai yang berbayar. Saya menyempatkan untuk mencoba keduanya. Uniknya, untuk co-working space berbayar ini mereka menawarkan dua opsi yakni membeli makanan dengan minimum spend tertentu, atau membeli paket study space yang berlaku tiga jam. Karena memang tujuan saya adalah untuk makan dan juga belajar, jadilah saya membeli makan dan minum yang bonusnya adalah tempat belajar yang cantik dengan wifi yang cukup ngebut. Harga makanan di sini relatif sama dengan kafe-kafe yang ada di mall Jakarta menurut saya. Untuk satu cake dan minuman dingin, saya membayar sekitar 180THB atau sekitar 80k rupiah.
Samyan CO-OP Coworking Spaces
Tempat ini punya tempat tersendiri di benak saya karena sudah memberikan fasilitas yang oke meskipun mereka tidak memungut biaya sekalipun. Namun, karena gratis ini pula, cukup sulit untuk mendapatkan space yang kosong ketika datang kesini saat weekend karena banyak pelajar dan mahasiswa yang memanfaatkan tempat ini untuk belajar. Lokasinya berada di dalam Samyan Mitrtown Shopping Mall yang merupakan mall teranyar yang ada di Bangkok.
Rooftop Samyan Mitrtown
Awalnya kunjungan saya ke rooftop ini tidak disengaja. Setelah cukup puas menghabiskan waktu di COOP Co-working space nya, saya lalu menjelajah seisi mall dan akhirnya berujung pada level teratas dari shopping mall ini. Di sini, kita bisa melihat kota bangkok secara 360 derajat. Desiran angin dan matahari yang sedang bersahabat saat itu cukup membuat pikiran jadi tenang. Banyak orang yang juga kesini untuk sekadar duduk-duduk, baik untuk mengobrol secara intim dengan pasangan ataupun temannya. Namun yang saya lakukan adalah merenung sambil menuliskan apapun yang saat itu terlintas di benak saya, baik keresahan, kebingungan, hingga rencana hidup beberapa waktu ke depan.
Naplab Coworking Space, Stadium One
Tempat ini kiranya adalah favorit saya. Walaupun berbayar, fasilitas yang ditawarkan sesuai dengan yang kita bayarkan. Untuk akses empat jam, tarifnya adalah 150 THB, atau jika dirupiahkan sekitar 60k. Di sini, ada banyak space yang bisa kita gunakan, baik yang dengan komputer maupun tidak. Selain itu, co-working dua lantai ini juga menyedia pod beserta bantal yang bisa kita gunakan untuk tidur. Di setiap mejanya juga terdapat banyak colokan jadi tidak perlu khawatir akan kehabisan daya saat menggunakan laptop atau gadget lainnnya.
Vichspace
Ini adalah coffee shop yang sangat nyaman untuk berlama-lama. Karena selain ada banyak tempat duduk, layout tempat ini dibikin sedinamis mungkin dengan dua lantai. Desainnya juga lucu-lucu, ada tipe kubikel, communal table, individual desk, dan lainnya. Tidak ada minimum pembelian di sini dan kita bisa stay as long as we want. Kopinya enak dan makananya juga sangat unik dan cukup mengenyangkan. Untuk secangkir kopi dan satu porsi banana split, saya hanya keluar duit sekitar THB 160 atau sekitar 70k Rupiah.
Asiatique
Saya pikir tempat ini favorit di kalangan traveler. Jadi mayoritas dari kalian juga saya rasa sudah tahu mengenai cantiknya tempat ini. Wisata ini menjadi primadona karena banyak penjual makanan, souvenir, arsitektur yang menawan, hingga karena lokasinya yang menghadap langsung Sungai Chao Phraya yang membelah Kota Bangkok, Thailand. Tapi perlu diingat, karena kepopulerannya, tempat ini akan sangat ramai di jam-jam tertentu. Nah, saat itu saya memutuskan untuk makan malam di salah satu restorannya. Saya memang mencari spot terbaik untuk makan sambil merenung ditemani desiran angin malam dan alunan lagu. Untuk harga menurut saya masih terbilang terjangkau. Satu porsi sphagetti dibanderol 200 THB dan satu coketail seharga 150THB yang jika dikonversi ke rupiah totalnya adalah 130K Rupiah.
Satu tahun kemudian, Januari 2024
Dari perjalanan singkat di sela-sela kesibukan bekerja tadi, saya belajar banyak. Sebagai manusia, terkadang kita perlu beristirahat sejenak agar dapat berpikir rasional tentang apa yang sebenarnya kita inginkan. Selama lima hari itu, akhirnya saya berhasil menyelesaikan beberapa to-do list untuk mempersiapkan aplikasi beasiswa kuliah jenjang master. Kini, saya menulis artikel ini sambil mengenang perjuangan satu tahun yang lalu di pojokan ruangan di kampus LTH, Lund University, Swedia.
Dan, tentu, semua ini bisa terwujud karena jalan-jalan impulsif saya satu tahun yang lalu. #jalan2jenius