-
Partisipasi Mewujudkan ULM Terkemuka dan Berdaya Saing
Kilas balik enam tahun yang lalu, tepatnya pada awal tahun 2013, saya dihadapkan pada pilihan sulit. Sebagai calon lulusan SMA Negeri 1 Tanjung yang berjarak 225 kilometer dari Ibukota Kalimantan Selatan ini, saya merasa tidak tahu arah. “Mau kemana setelah ini?” Pertanyaan ini selalu bersarang di kepala setiap harinya sepulang sekolah di tahun terakhir saya. Tidak ada panduan, baik dari orang tua ataupun guru Bimbingan Konseling di sekolah saat itu. Selain karena jauh dari ibukota dan minim informasi, kelima orang saudara saya juga tidak ada yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Hingga suatu hari, cerita datang dari teman perempuan saya yang berada di bangku depan. “Inshaallah aku akan mendaftar kuliah…
-
Memaklumi Alasan Klasik Mahasiswa
Sepulang dari Porto, saya merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada banyak hal-hal nyeleneh mahasiswa yang tidak bisa saya terima. Saya tidak serta merta kaget, karena sempat ada masa transisi di sini. Sebelum akhirnya saya kembali tergabung dalam sebuah organisasi. Walau terkesan dipaksakan, tapi keadaan lah yang menuntut demikian. Hal-hal yang saya maksud tersebut antara lain budaya tidak tepat waktu, komunikasi jelek, budaya titip absen, dan pastinya tanggung jawab yang kececeran. Saya hampir dibuat muak dengan ini semua. Walau sudah diingatkan, tapi tetap saja alasan klasik sebagai mahasiswa selalu jadi andalan. “Sedang tidak mood” “Akademik sedang berantakan” “Tugas numpuk” “Lagi gabisa ngatur waktu” “Ada masalah keluarga” Dan sederet alasan-alasan lain. Uniknya,…
-
Terdikte Bahwa Hidup Harus Produktif
Gue sebenernya bingung mau dibawa ke mana hubungan blog ini. Postingan terakhir malah ga jelas, galau-galau gak karuan. Bahan buat bisnis engga, diary berfaedah juga engga, travel blog apalagi, boro-boro nulis cerita perjalanan, nulis curahan hati aja gak becus. Huhu sedih men. :’) Maksud hati dengan pindahnya gue ke Porto, gue bisa semakin produktif dalam segala hal, tapi faktanya salah besaar. Yah, namanya manusia hanya bisa berencana, Tuhan menentukan. *Plak* Haha. Pinter banget ngelesnya wi Semakin kesini, ketidakproduktif-an gue itu ternyata beneran menjadi-jadi. Sosok gue yang satu, sebut saja si baik, selalu mewanti-wanti buat gausah nulis dulu karena tugas belum kesentuh sama sekali. Tapi sosok satunya lagi, ehm si jahat,…
-
Katanya Lebih Enak Kuliah di Luar Negeri
Ketika masih di bangku sekolah menengah, gue ngerasa sekolah adalah sebuah hobi. Tidak ada paksaan untuk belajar, melainkan sebuah kesenangan pribadi. Persis seperti yang dibilang Maudi Ayunda, sosok cantik dan menginspirasi semua orang. Terlebih dengan belajar, gue bisa jadi yang terbaik di kelas. Klimaksnya bukan tentang predikat, tapi materil berupa beasiswa yang lebih gue incar. Sebab dengan sekolah, gue bisa punya kegiatan, teman, tujuan hidup, dan uang jajan. Lambat laun, gue ngerasa sekolah bukan lagi yang gue idamkan. Selepas tahun pertama perkuliahan, entah setan apa yang merasuki batin gue, gue ngerasa kalau cara gue belajar udah gak sesuai jalurnya. Seorang calon sarjana yang notabene merupakan sosok dengan capaian kompetensi akademik…
-
Kejenuhan Yang Memuncak
Sudah kurang lebih empat bulan berada, tinggal di kota ini. Selama itu ada tekad tuk menempatkan diri menjadi mahasiswa seutuhnya. Konon katanya, mereka adalah mahasiswa yang penuh dengan hiruk-pikuk kesibukan kampus. Mahasiswa yang berangkat pagi, pulang dini hari, bahkan hingga menginap sekalipun. Definisi yang dulu diciptakan di pikiran, rupanya tidak semata bualan. Mereka, mahasiswa, memang benar adanya begitu. Kampus seakan menjadi dunia baru bagi mahasiswa untuk mengeksploitasi dirinya sembari merantau jauh, bagi yang merantau) tanpa takut sedetik pun ada waktu terbuang percuma. Tidak ada jeda.