-
Perbandingan Maskapai Bertarif Rendah di Asia Tenggara dan Eropa
Jika perlu dibandingkan, LCC milik negara tetangga, Air Asia, sebenarnya sudah sejak lama menerapkan kebijakan penerbangan tanpa bagasi gratis ini. Sehingga penumpang yang ingin bepergian dengan bawaan yang banyak memang ditawarkan untuk membeli bagasi sendiri. Namun tetap bagasi kabin seberat 7KG diberikan cuma-cuma dengan menyasar target para backpacker atau orang-orang yang melakukan perjalanan bisnis singkat. Baca juga: Drama Kenaikan Tarif & Penghapusan Bagasi Gratis Maskapai Bertarif Rendah Di Eropa, ada beberapa maskapai budget sejenis. Di antaranya, Transavia, Ryanair, Wizz Air, Easy Jet, Vueling, dan sebagainya. Hanya saja, saya baru sempat merasakan naik dua di antaranya yakni Ryanair dan Wizz Air ketika masih berstatus exchange student di Porto, Portugal dulu. Baca juga: Begini Rasanya Musim…
-
Tips Packing untuk Student Exchange
Tak lama setelah menjejakkan kaki di Portugal, gue sudah bikin tips packing ala student exchange ini, hanya saja versi video yang gue upload di channel youtube gue. Nah, sekarang mumpung gue punya waktu kosong, gue bakal merinci kira-kira barang-barang apa saja yang wajib dibawa. Khususnya, bagi yang negara tujuannya ada di benua Eropa, karena Asia dan Eropa benar-benar beda guys. Gue mulai packing kurang lebih dua minggu sebelum keberangkatan. Selain bingung mau bawa apa aja, gue juga masih gak tahu berapa kapasitas bagasi yang dikasih. Walau akhirnya tetep muter otak biar gimana ini koper gak overweight karena cuma dapat 23KG. Selama dua minggu itu, mulailah gue berburu barang-barang di supermarket…
-
Membaca Mimpi dari Ujung Benua Eropa
Sudah teramat sering gue berbicara soal mimpi. Cerita tentang kegagalan, penolakan, malu, keluh kesah, hingga keberhasilan sudah pernah gue tuliskan sebagai memori. Tentu tidak semuanya, tapi sebagian besar pengalaman gue bergulat dengan mimpi telah dibagikan di blog ini. Harapannya, agar kelak cerita manis sebuah pencapaian tidak hanya sebatas foto bahagia yang terpampang di Instagram atau Facebook saja. Melainkan ada perjuangan keras yang dibalut tetes keringat di balik pencapaian tersebut. Perjalanan dari kampus menuju apartemen kali ini terasa lama. Selain karena cuaca Kota Porto memang sedang tidak bersahabat, rupanya ingatan akan memori di masa lampau cukup membuat langkah kaki ini melambat. Tidak henti-henti gue mengucap syukur bagaimana skenario Tuhan membawa gue…
-
Biaya Hidup Tinggal di Eropa, Studi Kasus Porto
Perbedaan mata uang, kondisi ekonomi, dan berbagai faktor lain yang gue sendiri ga tahu, jadi alasan mengapa hidup di luar negeri bagi orang Indonesia kesannya sangat mahal. ”Wah enak ya tinggal di luar negeri,” pikir gue yang kemudian bayang-bayang tersebut seketika sirna pas tahu kalo semuanya serba mahal di Eropa. Tapi sebenarnya, mahal atau murah itu relatif. Kalo bagi masyarakat Indonesia, jelas banget harus kerja keras untuk bisa ke luar negeri dengan standar gaji di Indonesia. Tarif sekali makan di Zurich misalnya, bisa untuk makan selama satu minggu di Indonesia (Di warteg, hehe). Air botol kemasan aja seharga 3CHF atau 45.000IDR. Bisa dibayangin betapa tingginya biaya hidup di Eropa. Tapi…
-
Begini Rasanya Musim Dingin di Porto, Portugal
Penghujung bulan Februari kemarin seharusnya musim dingin atau kerennya winter udah kelar sih. Tapi sekarang udah masuk awal maret dan sebagian besar negara-negara di kawasan eropa masih diliputi salju. Sama halnya seperti di Porto, di sini turun salju juga cuman dalam bentuk cair dan tidak dalam kristal es. Ahaha maksud gue hujan. Sudah hampir dua minggu Porto diguyur hujan setiap hari berturut-turut. Mending sih kalo hujan doang, tapi ini sama petir dan hembusan anginnya dahsyat banget. Indonesia terkenal dengan negara yang cuacanya cenderung selalu bersahabat. Kalaupun ekstrim paling terjadi sesekali. Nah di sini, parah sih, gue aja kemarin keluar kosan pas mau ke kampus hampir terbang saking kuatnya tiupan anginnya…