-
Solusi Transportasi Mudah dan Murah di Jakarta
Beberapa teman terkecoh saat pertama kali membaca judul artikel sebelumnya (Baca juga: Life is Annoyingly Unfair). Kegelisahan serta keresahan atas artikel sebelumnya sejujurnya bukan mengenai kehidupan pribadi saya, bukan, melainkan keluh kesah saya atas sistem tata kota dan transportasi di Jakarta. Artikel khusus mengenai perjuangan saya dengan buah kegagalan yang mungkin dimaksud teman-teman (mungkin) akan saya bahas di artikel terpisah, Insyaallah. Sebagai perantau di Jakarta, mengandalkan hidup 100% terhadap transportasi publik tidaklah tepat. Ketersediaan hunian yang terjangkau jaringan transportasi publik masih terbatas jumlahnya. Bahkan, kalaupun ada, tarifnya dapat dipastikan menengah ke atas, tepatnya di rentang 1,5-2,5 juta per bulannya. Minus lainnya, biasanya tak jauh dari lingkungan yang tidak kondusif, hingga…
-
Life is Annoyingly Unfair
Menginjak tiga tahun saya bekerja dan tinggal di Jakarta, ada banyak hal baik dan buruk yang pernah saya amati. Banyak yang bilang Jakarta adalah kota yang keras, tapi di sisi lain, ada pula yang menyanjung hebatnya Jakarta dalam hal tata kota serta perputaran ekonominya. Ketika masih duduk di bangku perkuliahan, cita-cita saya kala itu hanya ada dua: 1) Bisa bekerja di Jakarta atau 2) Bisa kuliah atau bekerja di luar negeri. Beberapa kali melakukan kunjungan dari Surabaya ke Jakarta, menjadikan Jakarta punya sisi menarik tersendiri bagi saya. Namun, itu sebelum saya mengenal sisi lainnya dari kota ini. Pasca lulus sarjana, rupanya, memang sudah takdir saya berlabuh dan mengadu nasib di…
-
Pengalaman Isolasi COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran
Tujuh bulan yang lalu, halaman blog ini pernah diisi cerita tentang bagaimana saya melewati masa-masa ketika terinfeksi virus COVID-19 untuk pertama kali. Kejadiannya persis di bulan kelahiran saya. Sampai sesekali saya merasa menjadi orang paling tidak beruntung yang pernah ada. Selain tentang kesendirian, momen ‘pertama’ ini juga cukup membingungkan semua orang tentang bagaimana caranya bertindak dan bersikap, tak terkecuali saya. Saat ini, seolah dejavu, saya masih terbaring di kasur dengan masih berstatus positif covid-19. Bedanya, kali ini ruangannya lebih luas, lebih terang, dan lebih tertata rapi. Bayangkan saja, tahun lalu, kosan sempit yang saya jadikan tempat isolasi mandiri tidak jauh bedanya dari sebuah kamar usang tak berpenghuni. Ia tanpa suara,…
-
Pengalaman Tes IELTS CD di IALF Jakarta Saat Pandemi
International English Language Test System atau IELTS banyak dipakai sebagai syarat dalam melamar ke universitas dengan bahasa inggris sebagai pengantarnya. Selain itu, IELTS juga biasa dipakai sebagai dokumen bukti kecakapan berbahasa inggris untuk para pekerja maupun migran. Saya masih ingat, pertama kali mendengar mengenai istilah IELTS ini adalah sekitar 8 tahun yang lalu saat masih belajar bahasa Inggris di kampung inggris pare, Kediri. Saat itu maksud hati adalah mengambil academic writing class untuk belajar menulis scientific paper yang berguna saat kuliah. Rupanya, yang diajarkan di kelas itu adalah writing tesnya IELTS. Dari sekitar enam murid, saya yang paling muda karena yang lainnya sudah lulus sarjana saat itu. Hampir delapan tahun…
-
Menimbang Kebijakan Work From Home dari Kacamata Perantau
Di tengah segala keterbatasan gerak di zaman yang serba cepat ini, ada banyak pula penyesuaian yang harus dilakukan. Terlebih untuk perantau di Ibukota, selain dituntut untuk patuh terhadap kebijakan pengendalian covid, urusan pekerjaan masih harus selesai secara bersamaan. Hingga munculah kebijakan Work From Home (WFH). Tapi, apakah kebijakan ini efektif dan efisien bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya? Sebagai salah satu dari ribuan perantau lainnya di Jakarta, pekerjaan saya memang tidak akan pernah bisa selesai hanya dengan WFH. Ada beberapa kasus yang masih mewajibkan saya untuk bertemu klien, meninjau pekerjaan lapangan, hingga penyelesaian administrasi pekerjaan lainnya. Oh ya, kembali ke pertanyaan tadi, apakah kebijakan WFH ini adalah kebijakan terbaik?…