-
Rekomendasi Tempat Menyendiri di Luar Negeri
Suara alarm tiba-tiba menyeruak di pagi buta, setidaknya bagi saya yang masih belum terbiasa dengan kehidupan musim dingin di sini. Rasanya, ingin sekali bersembunyi di bawah selimut dan kembali tidur. Tapi realitanya, saya harus bergegas bersiap karena ada jadwal kuliah pagi yang teramat pagi yakni pukul 08.00 waktu setempat. Dengan setengah sadar, saya membuka gorden yang menutupi jendela kamar. Benar saja, di luar masih gelap dan tidak ada penanda kalau matahari akan segera terbit. Hal baiknya, ternyata saat itu salju sedang turun dan menyulap semuanya menjadi putih. Satu tahun yang lalu, November 2022 Dahulu, situasinya kontras berbeda. Saya ingat betul bagaimana saya sering mengeluh betapa dahsyatnya matahari di ibukota Jakarta.…
-
Punya Banyak Rekening Bank
Ngomongin dunia perbankan, cerita kali ini masih ada kaitannya dengan postingan sebelumnya tentang pencarian sponsorship. Rekening bank mutlak diperlukan baik untuk mempermudah penampungan dana dari donatur, maupun untuk mempermudah transaksi keuangan sebagai bekal ketika hendak ke luar negeri. Makanya perlu pinter-pinter nih milih bank yang sudah support aktivitas perbankan di negara tujuan. Sebagai anak dari salah satu pelosok desa di Kalimantan, sebelum merantau, gue udah bangga banget karena punya rekening plus kartu ATMnya Bank Rakyat Indonesia (BRI). Alasan kenapa BRI dipilih cukup rasional, karena cuma Bank BRI ini yang ada di tempat kelahiran gue itu. Bank paling merakyat lah istilahnya mah. Tiap 100 meter ada aja nemu ATM nya. Haha.…
-
Invasi Generasi Kekinian dan Generasi Wacana
Remaja (atau yang udah ngerasa ga remaja lagi) kelahiran tahun 90-an sering mengaku dan membenarkan bahwasanya generasi mereka lah yang paling baik. Dimana invasi teknologi tidak secepat sekarang yang kemudian mendorong pada pembentukan perilaku-perilaku yang dianggap (lagi-lagi) tidak baik. Dengan berbagai aktivitas yang dianggap tidak wajar pula seusianya. Hmm, bener gak? Gue termasuk anak (udah tua, nyadar! L ) kelahiran 90-an. Bisa secara singkat gue bilang stereotype yang beredar di masyarakat itu ada benernya juga. Tapi ga semuanya bisa dibenarkan tentunya. Hehe. Seolah-olah generasi inilah yang benar, sedangkan yang lain salah semua. Sebelum ini, gue yakin mungkin sebeum generasi gue ini lahir, orang-orang terdahulu di generasi 70-80-an pada bilang hal…
-
Kisah Kasih Libur Lebaran Sang Air Terjun, Seonggok Goa, dan Seupil Kali
Libur lebaran identik dengan jalan-jalan. Paling nggak itu yang lumrah di masyarakat Indonesia. Sampai biasanya bela-belain ambil cuti kerja biar libur lebarannya tambah lama. Di keluarga gue sendiri dari tahun ke tahun, momen kumpul komplit tujuh bersaudara ditambah pasukannya (anak-anak) hanya terjadi di hari lebaran pertama. Itu pun sering ga penuh satu hari. Kalau gak pagi hari (kalo nginep) trus pulang sorenya, atau nggak sebaliknya, paginya ga ada sorenya baru dateng. Begitulah terus. Maklum, punya anak banyak dan semuanya kerja sama orang ya begini risikonya. Baca Juga: Pesona LOKSADO, Tempat Liburan Menarik Anda! Kalau lebaran tahun lalu, keluarga gue, gak lengkap sih, punya waktu luang buat jalan-jalan ke luar kota.…
-
Ketika Bandung dan Ciater Memanggil
Liburan sudah benar-benar tiba. Perkuliahan semester genap kemarin memang sulit diajak kompromi, terlebih harus terus bergelut dengan berbagai organisasi dan kepanitian. Penginnya sih semuanya bisa berjalan berbarengan, tapi apa daya, gue gak sanggup menampik rasa lelah karena terus-terusan dikejar deadline. Kalaupun ada waktu senggang, kalau gak tidur, ya dipakai buat jalan-jalan kece. Alhasil, bisa dilihat sendiri postingan terakhir blog ini adalah saat liburan semester ganjil, Januari lalu. Bicara soal liburan sebenernya seru nih, karena notabene di ITS sendiri liburan semester genap itu tiga bulan lamanya. Kebayang lah seberapa lama para mahasiswa ini nganggur di rumahan. Tapi berhubung gue anak rantau, gue harus pulang lebih dulu karena bulan depan bakal ada…