-
Memaklumi Alasan Klasik Mahasiswa
Sepulang dari Porto, saya merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada banyak hal-hal nyeleneh mahasiswa yang tidak bisa saya terima. Saya tidak serta merta kaget, karena sempat ada masa transisi di sini. Sebelum akhirnya saya kembali tergabung dalam sebuah organisasi. Walau terkesan dipaksakan, tapi keadaan lah yang menuntut demikian. Hal-hal yang saya maksud tersebut antara lain budaya tidak tepat waktu, komunikasi jelek, budaya titip absen, dan pastinya tanggung jawab yang kececeran. Saya hampir dibuat muak dengan ini semua. Walau sudah diingatkan, tapi tetap saja alasan klasik sebagai mahasiswa selalu jadi andalan. “Sedang tidak mood” “Akademik sedang berantakan” “Tugas numpuk” “Lagi gabisa ngatur waktu” “Ada masalah keluarga” Dan sederet alasan-alasan lain. Uniknya,…
-
Rumitnya Berurusan dengan Birokrasi
Di awal-awal masa perkuliahan (sampe sekarang sih), gue sering dicap sebagai calon-calon budak birokrasi. Kata temen-temen, tanda-tandanya bisa terlihat jelas di pribadi gue. Selalu dekat dengan birokrasi kampus, jarang ikut demo, kut kegiatan kemahasiswaan yang orientasinya profit, atau yang paling jelas adalah target ketika lulus kuliah: Daftar CPNS. Gue juga ga menampik hal itu. Karena gue rasa, jadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukanlah sesuatu yang salah. Sesuai pribadi gue yang seringnya nyari aman haha. Di mana kebanyakan temen-temen seangkatan gue di kampus pada ogah jadi PNS. Terkekang, gaji dikit, jadi budak, kena sumpah-serapah masyarakat dan takut korupsi, sudah mewakili alasan yang sering kuping gue denger. Nah, inti postingan ini…