-
Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur
Halo! Selamat datang kembali di blognya owi! Sudah beberapa bulan ke belakang sudah tidak lagi aktif menulis di blog ini karena memang kesibukan mahasiswa tahun terakhir tidak bisa diragukan lagi. Hehe. Sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah banyaknya tugas tapi lebih kepada tekanan yang diberikan oleh para dosen kepada mahasiswanya. Ya wajar aja sih karena memang tugas akhir ini adalah sebagai pembuktian bahwasanya seorang mahasiswa sudah siap menjadi seorang calon sarjana. Jika biasanya mahasiswa tahun pertama hingga tahun ketiga punya lima sampai enam mata kuliah, nah di Departemen Arsitektur jumlahnya agak berbeda dengan mahasiswa tahun terakhir. Saya contohnya hanya punya satu mata kuliah yang harus diselesaikan di tahun terakhir ini karena…
-
Perjuangan Bertahan Hidup Mahasiswa Bidikmisi di Surabaya
Sebagai mahasiwa yang tak biasa, saya inshaaAllah akan menyelesaikan kuliah dalam kurun waktu lima tahun. Bebas sih kalo pada mau bilang molor, ngaret, telat, apapun bebas, karenanya intinya sama yakni saya belum bisa ditakdirkan lulus di durasi umumnya mahasiswa sarjana kebanyakan. Hehe. Nah, sebagai mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi pula, saya hanya berhak menerima beasiswa maksimal selama empat tahun. Kalau molor, ya konsekuensinya ga akan ada uang mengucur lagi setiap enam bulan sekali. *SAD* Itu berarti, saya harus berjuang keras mikirin uang kosan, makan, dan kebutuhan lainnya. Beruntungnya, ITS masih mau bayarin UKT (Uang Kuliah Tunggal, red) saya hehe. Yah, lebih dari lumayan lah karena ga semua orang seberuntung saya yang…
-
Memaklumi Alasan Klasik Mahasiswa
Sepulang dari Porto, saya merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada banyak hal-hal nyeleneh mahasiswa yang tidak bisa saya terima. Saya tidak serta merta kaget, karena sempat ada masa transisi di sini. Sebelum akhirnya saya kembali tergabung dalam sebuah organisasi. Walau terkesan dipaksakan, tapi keadaan lah yang menuntut demikian. Hal-hal yang saya maksud tersebut antara lain budaya tidak tepat waktu, komunikasi jelek, budaya titip absen, dan pastinya tanggung jawab yang kececeran. Saya hampir dibuat muak dengan ini semua. Walau sudah diingatkan, tapi tetap saja alasan klasik sebagai mahasiswa selalu jadi andalan. “Sedang tidak mood” “Akademik sedang berantakan” “Tugas numpuk” “Lagi gabisa ngatur waktu” “Ada masalah keluarga” Dan sederet alasan-alasan lain. Uniknya,…
-
Fenomena Bunuh Diri & Suicidal Thoughts Kaum Millenials
Sekitar sepekan yang lalu, saya melakukan polling di Instagram mengenai alasan mereka tetap bertahan hidup. Pertanyaan yang cukup menggelitik nan menarik pikir saya. Baca juga: Alasan Tetap Bertahan Hidup Tanpa Harus Bunuh Diri Bukan tanpa alasan, saya menginisiasi pertanyaan tersebut lantaran banyaknya kasus bunuh diri di Indonesia. Dalam satu bulan, tak kurang dari empat kasus bunuh diri terjadi. Belum termasuk kasus-kasus yang tidak di-blow up media. Beberapa kasus di antaranya, adik kandung Wakil Gubernur Jatim terpilih Emil Dardak, mahasiswa ITB, yang diduga kuat bunuh diri di kamar indekosnya. Dua mahasiswa semester akhir UNPAD juga ditemukan meninggal bunuh diri. Hingga, seorang mahasiswa ITS tahun kedua yang ditemukan meninggal gantung diri di…
-
Budaya Partisipatif dan Indonesia Tanpa Pesimisme
Kembali ke pembahasan mengenai pengemudi dan penumpang, saya jadi teringat akan bagaimana kagetnya saya di hari pertama perkuliahan di Porto dimulai. Saya yang sama sekali tidak mengerti bahasa portugis saat itu benar-benar dibuat bingung. Satu sesi perkuliahan berdurasi empat jam. Setelah 2 jam pertama, terdapat jeda istirahat selama 1o menit. Di sesi pertama, dosen memberikan materi layaknya dosen-dosen biasa yang saya temui di Indonesia. Bermodalkan pointer di tangan kiri untuk memindahkan slides power point dan sebuah buku tebal di tangan kanan, ia terus bercerita tanpa interupsi. Selesai menjelaskan materi, tanpa komando, para mahasiswa yang belum saya kenal ini langsung berebut untuk menyanggah pernyataan si dosen ataupun yang hanya sekadar menambahkan…