-
Belajar Cara Belajar dari JKT48
Sejak duduk di bangku perkuliahan, saya sering kali menjadikan JKT48 sebagai kiblat menjalani kehidupan. To be frank, saya bukan fans fanatik. Partisipasi saya tidak lebih sebagai pendengar produk musik mereka secara Online dan sesekali menonton konser offlline kalau waktunya sedang memungkinan. Kendati demikian, banyak yang beranggapan, kesukaan saya sama idol group ini dikarenakan member-nya yang cantik-cantik. Padahal kenyataannya, bukan itu. Lalu ada juga yang berasumsi mungkin karena lagu-lagu JKT48 yang kebanyakan berisikan pesan yang menginspirasi? Ada benarnya, tapi tidak seratus persen dikarenakan alasan ini. Suatu ketika saya diamanahi menjadi pemimpin sebuah organisasi tingkat universitas, saya merasa mau tidak mau, saya harus setingkat lebih baik dalam hal apapun dibandingkan dengan mahasiswa…
-
Ways to be Heard and Seen
Saya pernah percaya bahwa menulis adalah cara yang paling baik untuk mengembangkan diri. Sebab, menulis membutuhkan proses berpikir yang logis, terstruktur, dan kritis, khususnya bagi mereka yang merasa kemampuan lisan mereka tidak begitu baik. Terlahir sebagai seorang pemalu, tidak banyak bicara, dan kecerdasan yang biasa-biasa saja membuat hidup saya tidak mulus dalam perjalanannya. Jika ditanya hal apa yang paling saya sesali dari kekurangan saya tadi, jawabannya adalah mengenai tidak dinaikkannya saya ke kelas 2 saat masih di bangku Sekolah Dasar. Ketidakmampuan saya membaca dan menulis disinyalir adalah biang keladinya. Beberapa tahun berlalu, saya berubah, dan versi terbaik yang bisa saya berikan adalah dengan belajar lebih giat. Di kelas 3, saya…
-
Solusi Transportasi Mudah dan Murah di Jakarta
Beberapa teman terkecoh saat pertama kali membaca judul artikel sebelumnya (Baca juga: Life is Annoyingly Unfair). Kegelisahan serta keresahan atas artikel sebelumnya sejujurnya bukan mengenai kehidupan pribadi saya, bukan, melainkan keluh kesah saya atas sistem tata kota dan transportasi di Jakarta. Artikel khusus mengenai perjuangan saya dengan buah kegagalan yang mungkin dimaksud teman-teman (mungkin) akan saya bahas di artikel terpisah, Insyaallah. Sebagai perantau di Jakarta, mengandalkan hidup 100% terhadap transportasi publik tidaklah tepat. Ketersediaan hunian yang terjangkau jaringan transportasi publik masih terbatas jumlahnya. Bahkan, kalaupun ada, tarifnya dapat dipastikan menengah ke atas, tepatnya di rentang 1,5-2,5 juta per bulannya. Minus lainnya, biasanya tak jauh dari lingkungan yang tidak kondusif, hingga…
-
Life is Annoyingly Unfair
Menginjak tiga tahun saya bekerja dan tinggal di Jakarta, ada banyak hal baik dan buruk yang pernah saya amati. Banyak yang bilang Jakarta adalah kota yang keras, tapi di sisi lain, ada pula yang menyanjung hebatnya Jakarta dalam hal tata kota serta perputaran ekonominya. Ketika masih duduk di bangku perkuliahan, cita-cita saya kala itu hanya ada dua: 1) Bisa bekerja di Jakarta atau 2) Bisa kuliah atau bekerja di luar negeri. Beberapa kali melakukan kunjungan dari Surabaya ke Jakarta, menjadikan Jakarta punya sisi menarik tersendiri bagi saya. Namun, itu sebelum saya mengenal sisi lainnya dari kota ini. Pasca lulus sarjana, rupanya, memang sudah takdir saya berlabuh dan mengadu nasib di…
-
Pengalaman Isolasi COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran
Tujuh bulan yang lalu, halaman blog ini pernah diisi cerita tentang bagaimana saya melewati masa-masa ketika terinfeksi virus COVID-19 untuk pertama kali. Kejadiannya persis di bulan kelahiran saya. Sampai sesekali saya merasa menjadi orang paling tidak beruntung yang pernah ada. Selain tentang kesendirian, momen ‘pertama’ ini juga cukup membingungkan semua orang tentang bagaimana caranya bertindak dan bersikap, tak terkecuali saya. Saat ini, seolah dejavu, saya masih terbaring di kasur dengan masih berstatus positif covid-19. Bedanya, kali ini ruangannya lebih luas, lebih terang, dan lebih tertata rapi. Bayangkan saja, tahun lalu, kosan sempit yang saya jadikan tempat isolasi mandiri tidak jauh bedanya dari sebuah kamar usang tak berpenghuni. Ia tanpa suara,…