• Sastra

    Abah-Abah Perahu

    Ia seperti tanpa nyawa Berjalan kokoh walau sudah tampak mengeriput dan tua Adakah yang memopohnya? Tak ada Tetap saja begitu, dengan pejuangan dan hati Tak perlu banyak, yang penting pasti Bagaimana bisa begitu? Entah, namun yang pasti terus menerus begitu Rasa tanpa ada yang membentengi Melewati arus dan arus yang kadang tak bersahabat Juga laut yang seringkali kejam Ia kuat, Dengan lentera kecil di sisinya Sudah cukup sebagai pengganti terangnya mercusuar   Sebuah rejeki Tak cukup hanya disandarkan, perlu dikejar Hanya untuk sesuap nasi untuknya dan anak istrinya Kulit yang menghitam kilat Bahkan tubuh yang sudah tak berdaging lagi Dengan tulang-tulang yang sudah mampu diuji ketangguhannya Keringat yang menetes, itu…

  • Sastra

    Kembang 1000 Wajah, Sebuah Sajak: Dariku & Untukku

    Kali ini, ngeshare puisi saya aja ya? Sebetulnya sudah lama rampung nih puisi, tapi karena kesibukan seorang artis blogger matre, blog personalku ini pun terbengkalai dan apalagi akhir-akhir ini isinya ga karuan. Hehe.. Nikmati aja okeh? Kembang 1000 Wajah karya: Muhammad Ridha Tantowi Disudut tempoyak adanya kikisan kerikil yang beterbangan, seakan pisau namun berkicau-kicau Begitu kasar lolongannya bak bedebah yang beranjak ke peraduannya Dia berjalan mencoba menutupi, sebuah sampul eratan beribu wajah berlapis-lapis; terkubur dilembahnya Mula-mula yang kemudian menjadi pemula, menjadi sasaran utama perburuan Dengan gobrakan manisnya seraya tutur katanya: sehasta harta sorotan ketakutanku Mitos buah sesampingan? Tangkas, momentum lapisan dasar tonggak cengkramannya Memohon pergi sejenak hilangkan sesak yang mendesak-desak…

  • Sastra

    Dua Jemari

    Kugoreskan cerita ini, tak lewat dari sebuah kertas pucat nan lusam. Bersama dirinya diatas gurun berbayung kasih sayang menggapai mimpi, berjam-jam, ku luangkan waktu. Tuk mengerti, tak ada yang mudah dilalui, berbatu, berliku, sampai pada sebuah persimpangan, ah bingung.. Menapaki strukturnya, menikmati dirinya. Hei, rasa cinta, kepunahan akan sebuah harapan, Ya! Punah tetap punah, ikrar manusia ditentang sang kuasa. Pembodohan manusiawi, terjepit bumi, disebuah pojok kelas ku terdiam. Meghela nafas, menanti lepas, bernafas. Inginku, tak mungkin, akh, letakkanlah saja disana temui aku di sudut kelas tempatku termangu. Tempatku berjejak menamparinya, kelemahanku, kekuatannya. Kharisma pancaran kasih, membuatku tersandung meja, akh sakit. Ini, itu, semua, hanyalah mimpi disaatku terbangun dari lamunanku, pukul…