-
Alasan Tetap Bertahan Hidup Tanpa Harus Bunuh Diri
Pada polling di Instagram yang lalu, saya mencoba menanyakan followers saya tentang alasan untuk tetap bertahan hidup. Dengan ketentuan, alasan menyoal agama tidak diperkenankan. Mengapa? Sederhananya bagaimana pun juga, kalau sudah menyoal kepercayaan sulit untuk didebat. Sebab tidak semua orang memiliki kepercayaan yang sama. Walau bisa saja selain agama Islam ada yang melarang perilaku ini. Ada beragam alasan yang masuk. Ada yang nyeleneh, ada pula yang menjawab dengan sangat serius. Nah, jawaban-jawaban yang masuk akan saya sortir berdasarkan kategori alasannya. 1. Kenikmatan dan Kebahagian Dunia “Kalau ga hidup gabisa merasakan nikmatnya Indomie” “Banyak makanan enak” “Pengen jalan-jalan dan menjelajah” “Mensyukuri diberi kehidupan” 2. Keluarga dan Orang Terkasih “Kasian sama keluarga”…
-
Momen Ramadhan Dibuang Sayang
Sejak menjadi bagian dari kampus perjuangan, ITS, gue pribadi merasa nyaman dengan segala regulasi yang ada. Mulai dari fasilitas pendukung perkuliahan, biaya kuliah yang merakyat, atmosfer kampus teknik yang kental, sampai pada penentuan kalender akademik. Yang ingin gue tekanin disini adalah perihal poin terakhir tersebut. Dimana mahasiswa gak harus bolak-balik dari kampung halaman ke kampus hanya untuk ujian karena terpotong libur ramadhan. Bersyukur, sebab banyak temen gue yang harus mendunda kepulangan H-3 idul fitri dan harus kembali lagi H+7 untuk ujian dan setelahnya baru libur beneran. Di ITS enak, karena ujian akhir semester (UAS) sudah berakhir total 27 mei lalu. Dan setelahnya libur sampai berbulan-bulan. Hehe, enak ya lama banget?…
-
Djakarta Reunion 2016
Di dunia ini tidak ada yang benar-benar abadi. Kebahagian, kesedihan, kaya, miskin, saya yakin hanyalah penghias diri sementara waktu. Sebab manusia memiliki masanya sendiri-sendiri. Ada kalanya harus bersedih, namun di sisi lain, pasti akan ada masa dimana kesenangan akan menghampiri. Dengan berbagai keterbatasan ini, manusia diberikan beribu warna yang siap dipilih. Suka merah, pink, biru, tosca, atau apapun itu, tidaklah penting. Karena akan selalu ada masa dimana warna kita mampu berpendar dengan sendirinya. Tanpa harus iri dengan kecerahan warna lain. Tanpa harus melupakan kekhasan yang dimiliki untuk sekarang. Kita tidak akan pernah tahu seberapa penting kehadiran kita bagi orang lain. Adakah manfaat yang bisa kita berikan bagi orang lain. Adakah…
-
Kehilangan Kenangan di Kampung Halaman
Memasuki tulisan kedua nih, entah kenapa kalau jenis postingan cerita-cerita begini gue serasa lebih lepas menulisnya. Dibanding jika menulis berita, essai, dan laporan lain, postingan yang bersumber dari pengalaman gue akan lebih gampang, cepet pula. Walau kadang (atau malah sering?) gak sinkron antar kalimatnya hehe. Bodo amat. Kalau kemarin gue ngebahas kisah blog gue yang udah gue rawat sepenuh hati selama 7 tahun lamanya, sekarang gue bakal ngebahas tentang tempat kelahiran gue dan tetek bengeknya. Ada apa aja sih disana, sekarang gimana, dan apa aja hal menariknya? Baca juga: Perjalanan 7 Tahun Menjadi Blogger | Mendadak Kangen #1 Nah, jadi gue itu lahir di sebuah desa kecil di Negara, Kecamatan…
-
Tak Sampai 24 Jam
Seorang teman akan sangat berharga kehadirannya. Tergantung dari mana kita melihatnya. Sisi positif dan negatif pun tak bisa ditampikkan akan selalu ada. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ada kalanya teman yang kita anggap adalah yang terbaik bagi kita, sesungguhnya ia tidak beranggapan layaknya kita sangat menghargainya. Kenalan, teman, sahabat, hanyalah sebutan saja. Yang terpenting dari itu adalah bagaimana perlakuan, perkataan, dan kehadirannya mampu menjadi berarti bagi kita. Jadi ceritanya gue kemarin baru saja melakukan trip singkat. Itulah kenapa judulnya jadi begitu. Azzam, seorang teman yang gue kenal satu tahun yang lalu udah gue anggap seperti saudara sendiri. Kehadirannya mampu mendorong gue untuk menjadi pribadi yang lebih bagus lagi. Yerlebih di saat-saat…