Trip Dadakan Zurich-Ilmenau Budget Mahasiswa
Transit yang tidak lebih dari dua jam di Istanbul, Turki kami habiskan hanya untuk mencari posisi gate untuk keperluan boarding. Bandara baru yang menggantikan Istanbul Ataturk Turki ini luar biasa besarnya, salah-salah bisa kesasar dan malah ketinggalan pesawat.
Dibandingkan penerbangan pertama kali pada 2017 lalu, rasanya tidak ada yang berbeda ketika kaki menjejak tanah bekas Kekaisaran Ottoman kali ini. Infrastruktur yang lebih modern, perbedaan warna kulit, hingga hawa dingin dan udara segar pagi hari akan menjadi teman baru selama beberapa pekan ke depan.
Penerbangan ke Zurich memakai pesawat yang lebih kecil dengan tiga kursi di kiri dan kanan. Hanya dalam waktu 3,5 jam, pesawat yang didominasi warna putih ini pun mendarat di Ibukota Swiss ini. Jika di Istanbul begitu ramai dengan para turis yang hendak melanjutkan perjalanan, maka Bandara Zurich ini cenderung sepi.
Walau ini bukan pengalaman pertama saya ke Zurich, tapi ini merupakan kali pertama saya menginjak bandaranya. Bandara elegan dan futuristik terbesar di Swiss ini benar-benar bikin takjub, khususnya menyoal integrasi antar terminal.
Bandaranya langsung terkoneksi kereta menuju Zurich Hauptbahnhof (Central). Tiket bisa didapatkan di vending machine dengan cash atau credit/debit card. Nah, berhubung saya masih memiliki akun di ActivoBank, ini kesempatan saya untuk mempergunakannya kembali. Tidak ada kendala berarti, tiket ini dibanderol 6,5 Euro atau 7 CHF. Harga yang masih masuk akal ketimbang naik taksi atau angkutan umum lain.
Tiga orang dari kami pun berpisah di sini, Melisa melanjutkan perjalanannya sendiri langsung menuju Ilmenau, sedangkan saya dan Cika pergi menuju pusat kota. Tidak sampai 30 menit, kereta sampai di Central Station Zurich. Matahari pagi masih bersinar terang, tapi tetap saja, udara dinginnya cukup untuk menusuk tubuh, belum ditambah angin super kencang yang telinga serasa bergemuruh dibuatnya.
Seperti yang sudah-sudah, saya termasuk orang yang malas untuk membuat rencana perjalanan. Sesampainya di Zurich, kami baru memikirkan akan bagaimana selanjutnya. Ilmenau sebagai kota kecil, bahkan lebih kecil dari Erfurt, tidak banyak memiliki opsi moda transportasi yang bisa mengangkut kami ke sana.
Pilihan termudah dan tercepat tentu saja dengan naik kereta DB. Tapi, ini pilihan yang sulit bagi mahasiswa seperti kami, apalagi tiket go show sudah sangat melambung tinggi harganya. Dengan budget terbatas, saya harus menemukan alternatif lain untuk menuju ilmenau. Setelah melalui proses berpikir panjang dan menghabiskan 10 euro untuk nongkrong, cuci muka, ganti baju, dan menghangatkan badan di Starbuck, pilihan jatuh kepada flixbus dengan tujuan Frankfurt . Selain cukup terjangkau, kita juga gak perlu cari penginapan karena bisa tidur di bus hehe.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 14.00, sedang keberangkatan bus masih pukul 23.15. Hal yang paling memungkinkan adalah jalan-jalan mengelilingi Kota Zurich. Walau jujur, tidak mudah berkeliling kota dengan koper serta ransel di lanskap super dinamis khas Swiss.
Kenapa gak naik transportasi umum? Dibanding negara-negara lain di Eropa yang pernah dikunjungi, Swiss, khususnya Zurich adalah negara termahal. Sederhananya, semua hal di sini super mahal. Sebotol air mineral seharga 3 euro, buang air kecil 2 euro, satu paket burger, fries, dan coke di Burger King pun harganya 16 euro, yang kalau di Porto sudah bisa makan enak nan sehat di restoran elite.
Tapi, ada harga, ada rupa memang. Zurich ini sangat estetis dan bersih. Bagi penyuka arsitektur klasik seperti saya, Zurich begitu memukau dan sayang kalau dilewatkan. Termasuk pula lanskapnya yang menakjubkan, dari atas sekitar kampus ETH Zurich, ada pemandangan seluruh kota yang sangat mempesona. Sayang, si cika menolak naik, ya memang susah juga menanjak dengan barang bawaan seperti orang pindahan begini.
Setelah puas jalan-jalan dan kaki kita sudah perlahan-lahan mengerang minta istirahat. Kita balik ke Zurich HB sekitar pukul 20.00, masih ada waktu tapi rasanya semua sudut Kota Zurich sudah dikunjungi. Meski matahari masih belum terbenam, tapi udara dinginnya sudah mulai menusuk. Selain lumayan menyiksa badan, proses kedinginan ini juga cukup menyiksa dompet karena keluar masuk WC di sini tidak gratis.
Perjalanan ke Ilmenau rasanya tidak ada yang istimewa karena sepanjang perjalanan saya terlelap. Sesampainya di Frankfurt, perjalanan dilanjutkan dengan Kereta DB sampai ilmenau. Di perjalanan, kalau tidak salah, kita harus berganti kereta sebanyak tiga kali dan dengan waktu transit yang singkat. Kotanya memang kecil banget.
Cerita tentang Ilmenau dan ISWI 2019 akan berlanjut di postingan berikutnya. Bye!