Stories,  Tutorial

Pengalaman Tes IELTS CD di IALF Jakarta Saat Pandemi

International English Language Test System atau IELTS banyak dipakai sebagai syarat dalam melamar ke universitas dengan bahasa inggris sebagai pengantarnya. Selain itu, IELTS juga biasa dipakai sebagai dokumen bukti kecakapan berbahasa inggris untuk para pekerja maupun migran.

Saya masih ingat, pertama kali mendengar mengenai istilah IELTS ini adalah sekitar 8 tahun yang lalu saat masih belajar bahasa Inggris di kampung inggris pare, Kediri. Saat itu maksud hati adalah mengambil academic writing class untuk belajar menulis scientific paper yang berguna saat kuliah. Rupanya, yang diajarkan di kelas itu adalah writing tesnya IELTS. Dari sekitar enam murid, saya yang paling muda karena yang lainnya sudah lulus sarjana saat itu. Hampir delapan tahun berlalu, hampir tidak ada yang tersisa dari kelas di pare itu.

Membandingkan TOEFL dengan IELTS, rasanya sulit untuk memilih. Namun, saya rasa sebagian besar masyarakat Indonesia lebih familier dengan TOEFL, termasuk saya sendiri. Sampai suatu ketika, setelah pertimbangan yang cukup alot, saya memutuskan untuk ambil tes IELTS saja dan berikut pengalaman saya mulai dari persiapan hingga mengambil hasil tes IELTS yang kesemuanya terjadi di saat Indonesia masih bergulat dengan pandemi Covid-19.

Persiapan

Persiapan belajar IELTS ini dimulai pada Januari 2021. Bersama dengan Rini dan Maya, kita berlatih soal-soal IELTS via google meet dua kali seminggu. Sampai pada bulan Mei, latihan ini terhenti lantaran adanya kesibukan masing-masing dan covid-19 yang menginfeksi saya di bulan Juli. Oh ya, latihannya pun tidak rutin lantaran masing-masing dari kita masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Beberapa learning materials yang saya gunakan adalah IELTS Cambridge seri 10-16, Youtube Channel IELTS E2 & Crack IELTS with Rob, dan Udemy course “IELTS 7 Plus: Complete IELTS Preparation [Academic]” by David Morris. Ini sangat membantu sekali, apalagi bagi yang tidak punya banyak waktu untuk ikut kursus IELTS.

Bersiap dalam ketidakpastian

Saya melakukan registrasi IELTS di bulan Juni untuk dapat tes di bulan Juli 2021. Sayangnya, karena adanya implementasi PPKM Darurat, tes pun harus diundur berkali-kali sampai pada akhirnya saya mendapatkan kepastian dan baru bisa tes di pertengahan September 2021. Sungguh penantian panjang untuk bisa tetap stay-motivated. Belum lagi potensi menguapnya kosakata, grammar, idioms, dan tentunya speaking skills yang harus terus diasah dan dibiasakan.

Halaman Pendaftaran Tes IELTS

Pendaftaran

Pengecekan tanggal tes tersedia bisa dilakukan di https://my.ieltsessentials.com/IELTS dengan dua pilihan jenis tes yakni Computer Delivered (CD) atau Paper Based Test (PBT). Pembeda dari kedua jenis ini hanyalah media tesnya saja, sedangkan dari segi biayanya sama yakni 3 juta rupiah. Setelah mempertimbangkan kenyamanan dan keunggulan satu sama lain, saya yakin memilih tes IELTS CD atau menggunakan komputer saja. Proses pendaftarannya sederhana, hanya cukup memilih jadwal, mengisi data diri, lalu membayar via transfer bank/kartu kredit, maka data kita otomatis akan tercatat sebagai peserta.

Pada Hari Tes

Karena adanya beberapa kali perpanjangan PPKM Level 4, jadwal IELTS saya pun terus diundur. Hingga akhirnya PPKM turun ke Level 3, saya kebagian tes di hari Jumat afternoon session. Dengan demikian urutan tesnya adalah Speaking terlebih dahulu pukul 11.00 WIB, dan dilanjutkan dengan Listening-Reading-Writing pukul 13.00 WIB. Pembeda dengan morning session yakni speaking part terletak di akhir, bukan di awal.

Dari kediaman, saya menggunakan go-ride untuk menuju Menara Plaza Kuningan, gedung di mana kantor IALF Jakarta berada. Kalau menggunakan bus TransJakarta, lokasinya persis di belakang Halte Karet Kuningan yang dilalui bus koridor 6/6B.

Sesi listening saya dijadwalkan pukul 11.00 WIB. Sekitar 10 menit sebelumnya, saya sudah sampai di lokasi. Prosedur pendaftaran sangat tertata rapi dan peserta juga diarahkan oleh petugas di sana yang sangat sigap, tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat. Setelah menitipkan barang di locker khusus, verifikasi data, pengambilan foto dan biometrik sidik jari dilakukan, satu per satu peserta dipanggil untuk menunggu giliran speaking di waiting room khusus.

Seperti yang tertera di jadwal, speaking hanya membutuhkan 15 menit saja. Sisanya, gap dari pukul 11.00 ke 13.00 lumayan cukup lama, awalnya saya bingung mau menunggu di mana. Jadilah minta izin ke pihak IALF Jakarta untuk menunggu di waiting room saja dan diperbolehkan. Tip: Jangan lupa bawa camilan dan air, dan tas yang tadinya dititipkan bisa diambil selagi menunggu biar tidak bosan.

Lima belas menit sebelum pukul 13.00, semua peserta kembali ke lokasi untuk bersiap mengikuti sesi Listening-Reading-Writing IELTS yang ternyata memakan waktu hingga 3 jam. Alhasil, saya baru bisa pulang pukul 16.00.

Lokasi Tes IELTS di Kantor IALF Kuningan Jakarta & Waiting Room for test-taker (sebelah kanan)

Lalu, bagaimana tesnya?

Speaking

  • Saya mendapatkan seorang foreigner sebagai speaking examiner saya. Seorang pria paruh baya yang cukup ramah dan mampu membuat saya less nervous. Dari segi pertanyaan, menurut saya tidak ada yang terlalu susah. Jenisnya kurang lebih sama dengan apa yang diajarkan di buku-buku, youtube channel, maupun kursus online. Hanya saja mungkin karena ini adalah ujian, jadi ya lumayan bikin kagok karena harus bisa cepat dan concise jawabannya. Sempat beberapa kali ketika sedang menjawab, examiner-nya tiba-tiba menginstruksikan saya untuk mengakhiri dan lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Dari ketiga bagian speaking, saya rasa part kedua -Sesi Cue Card– lah yang paling challenging saat itu. Pertanyaannya cukup membuat saya lama berpikir karena harus merangkai cerita bohong dulu sebelum menjawab untuk durasi minimum dua menit. Untuk part 1 dan 3, lumayan bikin saya percaya diri karena pertanyaannya cukup familiar dengan kehidupan sehari-hari.

Listening

  • Sama dengan speaking, tipe soalnya persis sama dengan apa yang saya pelajari sebelumnya. Bagian terbaiknya adalah audio-nya sangat jernih karena IELTS CD menggunakan headphone yang bisa diatur sendiri volumenya. Kuncinya hanya fokus, fokus, dan fokus. Terdapat total 40 pertanyaan yang terdiri tiga bagian. Di part awal, khususnya di nomor 7-8-9 saya keteteran, karena terlalu lama fokus memikirkan jawaban nomor 6. Jadi konsentrasi sangat dibutuhkan untuk bisa dapat score bagus di listening ielts.

Reading

  • Dari 40 soal, saya bisa menyelesaikannya dalam waktu 45 menit, dan menyisakan 15 menit untuk mengecek kembali. Entah karena pertanyaannya yang terlalu mudah, atau saya nya saja yang terlalu sombong. Hehe. In fact, things didn’t go as I expected.. Oh ya, soal-soalnya juga serupa dengan yang saya pelajari. Dan yang masih jadi misteri, kenapa passage ketiga selalu jadi yang paling sulit ya? Pesan saya, jangan terlalu dini menyimpulkan hehe.

Writing

  • Bagian writing ini saya rasa adalah yang tersulit di IELTS. Meskipun saya lumayan aktif menulis di blog, ini tidak menjamin saya capable dalam academic writing. Pada writing task 1, saya mendapatkan 3 buah grafik yang harus dibandingkan datanya. Sedangkan writing task 2, saya mendapatkan pertanyaan tipe opinions mengenai poverty rate. Jujur, di awal sangat sulit sekali untuk fokus. Selain karena sudah lelah dengan dua tes sebelumnya yang berturut-turut, mendengar ketikan peserta lain yang super cepat juga seolah bikin saya harus bisa menulis lebih cepat. Fortunately, peserta diperbolehkan menggunakan headphone yang tadinya digunakan saat listening test, untuk meredam suara ketikan peserta lain. Strategi ini cukup membantu untuk lebih fokus menulis. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan kedua soal dalam waktu 55 menit, dan 5 menit sisanya untuk mengecek spellings yang berantakan.

 

IELTS Result

Sesuai dengan janji pihak IALF, hasil tes dapat diakses mulai hari ketiga setelah tanggal tes (termasuk Sabtu dan Minggu). Senin pagi hingga siang, saya coba buka https://results.ieltsessentials.com untuk mengecek score IELTS saya, namun masih belum ada tanda-tandanya. Hingga, pas malamnya saya coba buka lagi, deng hasil tesnya langsung keluar.

Saya mendapatkan IELTS Overall Band 7.0 dengan nilai terjelek ada di writing (sudah diduga sebelumnya). Ini lebih dari cukup, karena sebelumnya target saya dapat 6.5 saja untuk saya yang bahasa inggrisnya passive semenjak lulus kuliah sarjana dua tahun lalu ini.

Well, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi yang ingin mengambil tes IELTS dalam waktu dengan. Good luck!

 

Tampilan Hasil Test IELTS Online
Penjelasan Band Score IELTS

3 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: